PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut pegawai ASN menurut undang-undang nomor 5 tahun 2014 adalah Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasararkan peraturan perundang-undangan.
Dari pengertian ASN diatas bahwa ASN dibagi menjadi dua yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai pemerintah dengan perjanjian Kerja (PPPK). PNS adalah Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional sedangkan PPPK adalah Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang. ASN mempunyai tugas pada jabatan yang diserahi oleh pemerintah. adapun tugas ASN adalah:
- melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
- memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
- mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Setiap ASN diberikan jabatan, adapun jabatan dalam ASN terbagi 3 yaitu jabatan administrasi, jabatan fungsional dan jabatan pimpinan tinggi. Jabatan administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. Jabatan administrasi terdiri dari jabatan administrator, jabatan pengawas dan jabatan pelaksana. Jabatan fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Jabatan fungsional keahlian terdiri atas: a. ahli utama; b. ahli madya; c. ahli muda; dan d. ahli pertama. Jabatan fungsional keterampilan terdiri atas: a. penyelia; b. mahir; c. terampil; dan d. pemula. Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintah. Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas: a. jabatan pimpinan tinggi utama; b. jabatan pimpinan tinggi madya; dan c. jabatan pimpinan tinggi pratama.
Widyaiswara merupakan Salah satu jabatan fungsional PNS. Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa setiap ASN mempunyai tugas, tentu saja tidak terkecuali jabatan fungsional widyaiswara. Adapun tugas jabatan fungsional widyaiswara sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2021 tentang jabatan widyaiswara, yaitu : Tugas jabatan fungsional widyaiswara adalah melaksanakan kegiatan pelatihan, pengembangan pelatihan dan penjaminan mutu pelatihan dalam rangka pengembangan kompetensi ASN. Adapun pengertian Pelatihan adalah salah satu bentuk pengembangan kompetensi ASN, Pengembangan pelatihan adalah upaya peningkatan kualitas pelatihan melalui pengembangan model pembelajaran dan evaluasi pengembangan pelatihan sedangkan penjaminan mutu pelatihan adalah upaya komprehensif dalam rangka pengendalian kualitas mututerhadap penyelenggaraan pelatihan ASN.
Salah satu tugas widyaiswara sebagaiman dikemukakan diatas adalah pelatihan. Adapun sub-unsur tugas kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh widyaiswara adalah perencanaan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan evaluasi pelatihan. Untuk melaksanakan subtugas kegiatan widyaiswara yaitu merencanakan pelatihan, melaksanakan pelatihan dan mengevaluasi pelatihan seharusnyalah dilaksanakan secara benar sesuai dengan pedoman yg telah diatur oleh pejabat yan g berwenang agar tujuan pelatihan tercapai secara maksimal.
Metode/model pembelajaran dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pelatihan yang selalu dilakukan oleh widyaiswara pada khususnya terbagi menjadi dua metode/model pembelajaran yaitu metode/model pembelajaran klasikal (classroom) dan metode/model pembelajaran tatapmuka secara pembelajaran jarak jauh (Distance Learning) atau pembelajaran secara elektronik (E-Learning).
Keberhasilan widyaiswara dalam melaksanakan metode/model pembelajaran klasikal (classroom) dan Pembelajaran secara elektronik (e-learning)dipengaruhi beberapa unsur misalnya sarana, prasarana, waktu pembelajaran, cuaca dan penampilan dari widyaiswara, oleh karena itu unsur-unsur yang mendukung keberhasilan pembelajaran pelatihan tersebut memang seharusnya diperhatikan oleh widyaiswara.
Dalam artikel ini penulis akan mencoba membahas tentang penampilan apa saja yang seharusnya diperhatikan oleh widyaiswara pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode/model klasikal (classroom) sehingga peserta pelatihan dapat mengikuti pembelajaran dengan tetap bersemangat sampai waktu pembelajaran selesai.
1.2.Tujuan Penulisan
Judul tulisan ini adalah Penampilan Yang Harus Diperhatikan Widyaiswara Ketika Pembelajaran Metode/Model Klasikal (Classroom). Adapun tujuan penulisan ini adalah :
a.Para pembaca khususnya yang biasa menyampaikan materi pembelajaran menerapkan metode/model klasikal agar tetap memperhatikan penampilan.
b.Para pembaca termotivasi untuk menulis tentang penampilan penampilan lainnya yang perlu diperhatikan khususnya pada pada metode/model pembelajaran klasikal (clasroom)
c. Bagi penulis sendiri dapat memenuhi salah satu tugas widyaiswara yaitu dapat membuat artikel yang diterbitkan oleh media sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Widyaiswara
Pada bagian pendahuluan telah disebutkan bahwa widyaiswara merupakan salah satu jabatan fungsional keahlian khususnya dijabat oleh PNS. Tingkatan jabatan widyaiswara ada empat yaitu widyaiswara ahli pertama(Assistant Trainer), widyaiswara ahli muda (Junior Trainer), widyaiswara ahli madya (Senior Trainer) dan widyaiswara ahli utama (Prime Trainer). Untuk lebih melengkapi uraian pembahasan selanjutnya, maka ada baiknya terlebih dahulu diuraikan secara singkat tentang widyaiswara. Kata widyaiswara berasal dari bahasa Sangsekerta. Kata tersebut gabungan dari tiga kata yaitu kata vidya, kata Ish dan kata Vara.Kata Vidya yang artinya ilmu pengetahuan, kata Ish yang artinya memiliki dan kata Vara yang artinya terpilih. Jadi secara sederhana dari gabungan tiga kata tersebut menjadi kata widyaiswara. Jadi widyaiswara artinya orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan telah terpilih berdasarkan ketentuan atau standar kompetensi tertentu. Jadi widyaiswara harus memiliki kompetensi yang tinggi(Karyana, 216, Pengembangan profesionalisme Widyaiswara Pasca Permenpan Nomor 14 Tahun 2009).
Selain pengertian widyaiswa menurut bahasa, juga ada pengertian widyaiswara secara harfiah, secara harfiah widyaiswara artinya pembawa kebenaran (atau suara yang baik, dari kata widya artinya baik, dan kata iswara artinya suara). Sehingga diharapkan bagi PNS yang menduduki jabatan widyaiswara dapat menyampaikan suara kebenaran, dapat mengajarkan nilai-nilai luhur, jujur berakhlaq mulia, mau melayani khususnya Melayani ASN tanpa pamrih.
Selain pengertian widyaiswara menurut asal bahasa dan harfiahnya sebagaimana dijelaskan diatas. Maka untuk lebih melengkapi pengertian widyaiswara maka berikut ini akan dijelaskan pengertian widyaiswara menurut peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 42 tahun 2021 tentang jabatan fungsional widyaiswara, “widyaiswara” adalah PNS yang diberi tugas, tanggung-jawab, wewenang dan hak secara penuh untuk melaksanakan kegiatan pelatihan, pengembangan pelatihan, dan penjaminan mutu pelatihan dalam rangka pengembangan kompetensi yang berkedudukan dilembaga penyelenggara pelatihan pada instansi pemerintah.
2.2.Tugas Jabatan Fungsional Widyaiswara
Di atas telah dijelaskan pengertian widyaiswara secara lengkap baik menurut bahasa, harfiah maupun menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Refomasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2021 tentang jabatan fungsional widyaiswara. Sebagai pejabat fungsional keahlian maka widyaiswara mempunyai tugas, tentu saja berbeda dari tugas jabatan pejabat fungsional lainnya. Adapun tugas jabatan fungsional widyaiswaraterbagi menjadi dua, yaitu :
1.Tugas pokok kegiatan jabatan fungsional widyaiswara,
2.Tugas kegiatan pengembangan profesi dan penunjang jabatan fungsional widyaiswara
Adapun uraian kedua dari tugas jabatan fungsional widyaiswara sebagai berikut :
1. Tugas pokok kegiatan jabatan fungsional widyaiswara, terdiri dari :
a.Pelatihan ; adalah salah satu bentuk pengembangan kompetensi, meliputi perencanaan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan evaluasi pelaksanaan pelatihan.
b.Pengembangan pelatihan adalah upaya peningkatan kualitas pelatihan melalui pengembangan model pembelajaran dan evaluasi pengembangan pelatihan, meliputi pengembangan model pembelajaran dan evaluasi pengembangan pelatihan.
c.Penjaminan mutu pelatihan adalah upaya komprehensif dalam rangka pengendalian kualitas mutu terhadap penyelenggaraan pelatihan ASN, meliputi perecanaan penjaminan mutu pelatihan, pelaksanaaan penjaminan mutu pelatihan dan evaluasi penjaminan mutu pelatihan.
Mengingat penulis pada saat ini sedang menduduki jabatan fungsional widyaiswara ahli madya, maka penulis hanya menerangkan tugas pokok pelatihan, pengembangan pelatihan dan penjaminan mutu pelatihan pada widyaiswara ahli madya sedangkan untuk menjelaskan tugas pokok widyaiswara ahli pertama, ahli muda dan ahli utama, pada penulisan yang akan datang atau nantinya akan ditulis oleh widyaiswara lainnya atau penulis-penulis lainnya. Adapun tugas pokok pelatihan, pengembangan pelatihan dan penjaminan mutu pelatihan jabatan widyaiswara ahli madya adalah sebagai berikut :
- mengevaluasi hasil analisis kebutuhanPelatihan;
- menyusun kurikulum pada tingkat Pelatihan teknis tingkat menengah atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
- menelaah kurikulum pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator atau Pelatihan Jabatan Fungsional sesuaijenjangnya;
- melakukan sinkronisasi perencanaan Pelatihan pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
- menyusun modul Pelatihan pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
- menyusun bahan perencanaan Pelatihan dalam bentuk bahan ajar pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
- menyusun bahan perencanaan Pelatihan dalam bentuk bahan tayang pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknistingkatmenengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
- menyusun bahan perencanaan Pelatihan dalam bentuk bahan peraga pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
- menyusun bahan perencanaan Pelatihan dalam bentuk rancang bangun pembelajaran mata Pelatihan dan rencana pembelajaran pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
- menyusun soal/materi ujian Pelatihan berbentuk pre-test – post-test pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
- menyusun soal/materi ujian Pelatihan berbentuk tes komprehensif pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
- menyusun soal/materi ujian Pelatihan berbentuk kasus pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
- melakukan kegiatan pembelajaran klasikal untuk ASN pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah; melakukan kegiatan pembelajaran klasikal untuk non ASN pada Pelatihan teknis tingkat menengah atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
- melakukan kegiatan pembelajaran klasikal untuk non ASN pada Pelatihan teknis tingkat menengah atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
- melaksanakan tatap muka secara pembelajaran jarak jauh (distance learning) dan/atau pembelajaran secara elektronik (e-learning) pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
- melaksanakan tatap muka secara pembelajaran jarak jauh (distance learning) dan/atau pembelajaran secara elektronik (e-learning) non ASN pada Pelatihan teknis tingkat menengah atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
- mengintegrasikan program penyelenggaraan pada Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
- melaksanakan pembimbingan (coaching) produk pembelajaran individu pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
- melakukan bimbingan teknis produk pembelajaran kelas pada pelaksanaan observasi lapangan/praktik kerja lapangan/benchmarking pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
- memeriksa hasil ujian Pelatihan berbentuk pre- test – post-test pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, PelatihanJabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
- memeriksa hasil ujian Pelatihan berbentuk tes komprehensif pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
- memeriksa hasil ujian Pelatihan berbentuk kasus pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
- melakukan pemantauan pencapaian hasil pembelajaran klasikal pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
- mengembangkan media dan materi pembelajaran berbasis digital pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
- mengevaluasi program Pengembangan Pelatihan di lingkupinstansi;
- menyusunrancangan implementasi pembelajaran terintegrasi (corporate university) lingkup antarinstansi;
- melaksanakan asistensi dan konsultasi pada pembelajaran terintegrasi (corporate university) pada lingkupinstansi;
- melaksanakan bimbingan teknis (coaching) kepakaran pada unit kerja instansi;dan
- melakukan pengembangan sistem dan model Pelatihan pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkatmenengah,atau pelatihan sosial kultural tingkat menengah.
2.Tugas kegiatan pengembangan profesi dan penunjang jabatan fungsional widyaiswara, terdiri dari ;
a.Tugas Pengembangan profesi widyaiswara, yang terdiri dari unsur tugas jabatan yaitu :
1.Perolehan ijazah/gelar pendidikan formal sesuai dengan bidang tugas jabatan fungsional widyaiswara
2.Pembuatan karya tulis ilmiah dibidang widyaiswara
3.Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan lain dibidang jabatan fungsional widyaiswara
4.Penyusunan standar/pedoman/petunjuk teknis dibidang jabatan fungsional widyaiswara.
5.Pengembangan kompetensi dibidang jabatan fungsional widyaiswara.
6.Kegiatan lain yang mendukung pengembangan profesi yang ditetapkan oleh instansi pembina dibidang jabatan fungsional widyaiswara
b. Tugas Penunjang kegiatan widyaiswara, yang terdiri dari sub unsur tugas jabatan, yaitu :
1.Pengembangan dibidang tugas jabatan fungsional widyaiswara
2.Keanggotaan dalam tim penilai/tim ujian kompetensi
3.Perolehan penghargaan
4.Perolehan gelar kesarjanaan lainnya
5.Pelaksanaan tugas lain yang mendukung pelaksanaan tugas jabatanfungsional widyaiswara
2.3.Metode/Model Pembelajaran Klasikal (Classroom)
Sebagaiman kita pahamibahwa metode/model pembelajaran kegiatan pelatihan adadua metode/model yaitu pelatihanmetode/model klasikal (classroom) dan metode/modelpembelajaranJarak Jauh (Distance Learning)atau pembelajaransecara elektronik (E-Learning).Metode/model pembelajaran klasikaldan Metode/ModelJarak Jauh (Distance Learning/E-Learning) Kedua metode pembelajaran tersebut sering dilakukan oleh widyaiswara, karena melaksanakan metode yang ditetapkan olehpenyelenggara pelatihan.
Metode/model pembelajaran klasikal, menurut asal katanya adalah klasik yang dapat diartikansebagai secara klasik yang menyatakankeadaan suasana/kondisiyang sudah lama terjadi, dapat juga diartikanbersifat kelas. Jadidapat dikatakanpembelajaran klasikalartinyapembelajaran konvensionalyang dapat dilaksanakan dalam kelas, metode pembelajaranyang memandang peserta pelatihan mempunyai kemampuanyang tidakberbeda satu sama lainsehingga peserta pelatihanmendapatkan materi pelatihansecara bersama-sama dengan cara yang samadalamsatu kelas. Adapunmetode/model yangdigunakanadalah pembelajaran langsung (direct learning).
Pengertian lain model pembelajaran klasikaladalahaktivitas kegiatantenaga pengajar beserta peserta belajar dalam kelompok besar didalamkelas secara bersama-sama dengan peserta belajar yang banyak. Sedangkan pengertian metode/model pembelajaran klasikal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) klasik diartikan secara kolektif dalam kelas. Berdasarkan pengertian ini, model pembelajaran klasikal adalah model pembelajaran yang dilakukan oleh gurudan siswa dalam kelompok besar, yaitu seluruh siswa didalam kelas bekerjasama untuk melakukan kegiatandiskusi (tanya-jawab). Sedangkan pengertianmetode/model klasikal menurutAunnurahman, yang menyatakanbahwa modelpembelajaranklasikal lebih mengutamakan pada peran gurudalam memberikan informasi melalui materipelajaranyang dijadikan. Modelpembelajaran klasikal menggunakanpembelajaran kelas dalaam proses pembelajaran.Pembelajaranklasikal cenderung digunakan guruapabila dalam proses belajarnya lebih banyakbentuk penyajian materi dariguru.Penyajian lebihmenekankan untuk menjelaskan sesuatu materiyang belum diketahui atau dipahami peserta didik.
Pembelajaran model klasikal tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan seperti model pembelajaran lainnya. Adapun kelebihan metode/model pembelajaran klasikal adalah :
- Nilai ekonomis yang tinggi karena dengan meode ini peserta didik didalam satu kelas dapat berjumlah 10 hingga 45 orang.
- Jika materi atau ilmu yang disampaikan adalah sesuatu yang baru bagi peserta didik lebih mudah mendapatkan informasi tersebut.
- Keuntungan lainnya yaitu manajemen kelas yang teratur karena guru memegang kendali kelas, seperti memberi soal, menyuruh peserta didik untuk mencatat dan lain-lain.
sedangkan kekurangan pembelajaran klasikal :
- Yang visual kalah, dan yang bisa mendengar mendengarkan siapa yang benar-benar menerimanya.
- Kemajuan teknik ini sangat tergantung pada siapa yang menggunakannya.
- Akan cukup sering membuat peserta didik tidak aktif
2.4.Penampilan yang Harus Diperhatikan Widyaiswara Ketika menerapkan Metode/Model Pembelajaran Klasikal (Classroom)
Penampilan merupakan salah satu kompetensi kepribadian widyaiswara, yaitu penampilan pribadi yang dapat diteladani. Dapat diteladani artinya penampilan widyaiswara dapat ditiru, diikuti, dicontoh/diteladani oleh orang lain. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang berakhlak mulia, mantap, stabil,dewasa, arif dan bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri dan religius sendiri (Jejen Musfah, 2011).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang widyaiswara memiliki pribadi yang berakhlak mulia, mantap, stabil, arif, bijaksana, serta menjadi teladan bagi peserta pelatihan. Penampilan yang merupakan salah satu kepribadian widyaiswara. Seorang widyaiswara semestinyalah menjadi daya tarik yang menyenangkan bagi peserta pelatihan. Misalnya dalam tindakan , ucapan , cara bergaul , berpakaian menghadapi persoalan dan sebagainya.
Untuk melengkapi pengertian penampilanyang merupakan salah satu kompetensi widyaiswara, berikut ini pengertian penampilan menurut Maltz (dalam Ir. Endar Sugianto, MM, 1999) adalah bentuk citra diri yang terpancar dari diri seseorang dan merupakan sarana komunikasi antara kita dengan orang lain. Adapun yang dimaksudkan dengan penampilan widyaiswara dalam tulisan ini adalah sikap dan pencerminan seorang widyaiswara yang menimbulkan rasa percaya diri dan simpati dari peserta pelatihan .
Penampilan merupakan bagian fisik dari kepribadian widyaiswara.
Jadi dengan demikian untuk dapat dimengerti dan dipahami bahwa penampilan merupakan bagian yang sangat penting pada kepribadian seorang widyaiswara yang merupakan salah satu pendukung dalam proses pembelajaran dalam kegiatan pelatihan, atau dengan sebutan lain penampilan diri memegang peranan penting dalam pergaulan dan hubungan dengan orang lain positif maupun negatif. Penampilan yang baik akan memperlancar keakraban dan saling percaya dengan pihak/orang lain. Karena faktor penampilan yang baik maka orang yang ada disekitar kita senang dan akan memperlacar keakrabab berkomunikasi, namun sebaliknya dengan penampilan diri yang kurang baik pastilah akan menghambat suasana dan sangat memungkinkan sulit berkomunikasi.
Penampilan merupakan salah satu unsur komunikasi nonverbal. Oleh sebab itu seorang widyaiswara hendaknya betul-betul memperhatikan penampilan khususnya penampilan pada waktu melaksanakan/menyampakan materi atau mengajar didalam sebuahkegiatan pelatihan dalam kegiatan inin metode/model pembelajaran klasikal. Tentu saja seorang widyaiswara tidaklah harus berlebihan dalam penampilan, karena widyaiswara diharapkan menjadi contoh/tauladan. apa yang dilihat peserta pelatihan menjadi contoh teladan yang positif tentunya. Berikut ini penampilan yang betul-betul harus diperhatikan oleh seorang widyaiswara saat menerapkan metode/model pembelajaran klasikal kegiatan pelatihan.
2.4.1. Kesehatan Tubuh
Pada waktu mengajar menerapkan model/metode klasikal seorang widyaiswara tentunya bersama-sama dengan peserta pelatihan didalam kelas. Widyaiswara pada waktu mengajar/memberikan materi pelatihan tersebut cukup banyak mengeluarkan energi apalagi jam pembelajaran cukup panjang. Widyaiswara tidak diharapkanhanya duduk dikursi, namun perlu berdiri, berjalan, menulis dipapan tulis, memperagakan gerakan, memimpin permainan dan sebagainya sesuai dengan mata pelatihan yang disampaikan oleh widyaiswara tersebut. Itulah sebabnya widyaiswara diharapkan selalu sehat, mulai dari pembukaan pembelajaran sampai menutup pembelajaran.
Widyaiswara yang tubuhnya sehat dapat dilihat dari wajah yang cerah/tidak pucat, gerak tubuh lincah (duduk , berdiri dan berjalan gerakannya cepat). Widyaiswara dapat dikatakan kurang sehat misalnya batuk-batuk, sering bersin-bersin, gerakan lambat, kelihatan cepat lelah lebih banyak duduk saja dan lain sebagainya.
Walaupun materi mata pelatihan disenangi oleh peserta pelatihan namun kalau widyaiswara yang menyampaikan materi mata pelatihan kurang sehat maka hasil pembelajaran tidak akan berhasil secara maksimal, oleh karena itu widyaiswara harus benar-benar memelihara kesehatan. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang widyaiswara agar selalu sehat yaitu memperhatikan konsumsi makanan dan minuman , istirahat/ tidur yang cukup, olah raga yang teratur dan sering mendapatkan sinar matahari pagi. Untuk hal-hal tersebut akan diterangkan sebagai berikut:
a.Memperhatikan konsumsi makanan dan minuman
Konsumsi makanan yang perlu diperhatikan adalah makanan yang bergizi makanan yang bergizi adalah asupan gizi makanan seimbang, yaitu mengkosumsi 2 persen protein, 50 persen karbohidrat dan 48 persen lemak hal tersebut sangat berpengauh terhadap kesehatan tubuh. Mengkonsumsi makanan yang bergizi ini akan membuat tubuh bersemangat/berenergi, tidak mudah lelah. Beberapa makanan yang dapat meningkatkan energi/semangat misalnya kacang kacangan, jeruk, ikan salmon, apel, pisang, bayam dan lain-lain. Kemudian disarankan agar dapat membatasi makanan yang terlalu manis, sebab mengkonsumsi makanan yang terlalu manis, justru bisa membuat tubuh menjadi mudah lelah
Disamping memperhatikan makanan yang dapat membuat tubuh bersemangat/berenergi maka sangat dianjurkan minum banyak air putih. Sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi 2 sampai dengan 2,5 liter air putih setiap harinya agar kebutuhan cairan dalam tubuh tercukupi. Perlunya banyak mengkonsumsi air putih setiap harinya sangat bermanfaat untuk membantu menjaga aliran darah agar lebih lancar, sehingga otak bisa memperoleh banyak oksigen dan nutrisi untuk tetap bekerja secara maksimal.
Agar seorang widyaiswara khususnya selalu berenergi/bersemangat dalam menyampaikan materi mata pelatihan selain mengkonsumsi makanan yang bergizi dan banyak minum air putih. sebagaimana dikemukakan diatas maka perlu diperhatikan juga agar membatasi mengkonsumsi minuman yang mengadung kafein. Makanan yang mengandung kafein misalnya kopi dan teh.Memang tampaknya kopi dan teh dapat membuat tubuh menjadi segar dan bersemangat berenergi dalam waktu seketika, akan tetapi jika dikonsumsi dengan jumlah yang sangat berlebihan justru akan berpengaruh buruk bagi kesehatan, misalnya sakit perut, sakit kepala dan sebagainya.
Selain yang disebutkan diatas agar widyaiswara selalu bersemangat/berenergi dalam menyampaikan materi mata pelatihan didepan peserta pelatihan maka widyaiswara sangat dianjurkan mengkonsumsi vitamin atau suplemen, yang dapat meningkatkan energi tersebut. Ada tiga vitamin/suplemen, yaitu :vitamin zat besi, vitamin D dan magnesium. Ketiga vitamin/suplemen tersebut merupakan sumber energi yang sangat baik bagitubuh.
b.Istirahat/Tidur Yang Cukup
Istirahat/tidur yang cukup adalah untuk membangun kembali otot-otot setelah melaksanakan tugas/kegiatan. Oleh karena itu diharapkan sesibuk apapun seorang widyaiswara melaksanakan aktivitas kewidyaiswaraannya namun jangan melupakan untuk selalu tidur/istirahat yang cukupm yaitu 7 sampai 8 jam setiap hari. Karena tidur yan cukup setiap hari dapat bermanfaat untuk membuat tubuh lebih berenergi/bersemangat serta membuat otak lebih untuk berkonsentrasi. Perlu diperhatikan untuk selalu tidur dengan jadwal yang sama setiap harinya. Karena hal itu juga dapat bermanfaat untuk menjadikan tubuh lebih berenergi.
c.Olahraga yang Teratur
Walaupun kelihatannya sederhana, olahraga dapat bermanfaat untuk meningkatkan energi/semangat tubuh dan menciptakan suasana hati menjadi lebih baik, sehingga seorang widyaiswara dapat memberikan/menyampaikan materi mata pelatihan kepada para peserta pelatihan dengan sangat baik karena bersemangat, selain itu dengan olahraga yang teratur bisa bermanfaat untuk menjadikan tubuh menjadi tidak mudah sakit. Untuk mendapatkan bermacam-macam manfaat sebagaimana dijelaskan diatas, seorang widyaiswara tidak perlu melakukan olah raga yang sulit atau membutuhkan waktu yang lama ataupun olah raga yang membutuhkan biaya yang banyak, maka lakukan olahraga yang ringan-ringan/mudah saja, misalnya jalan kaki, lari atau jogging 5 sampai 15 menit setiap hai, namun dengan teratur dan disiplin.
Jadi dengan melaksanakan olahraga yang teratur khususnya dapat meningkatkan kebugaran tubuh, dan dengan pelaksanaan tepat dan benar dapat mencegah timbulnta penyakit, tahan terhadap tekanan/stress. Serta dapat menambah kepercayaan diri.
d.Sering Mendapatkan Sinar Matahari Pagi
Jika widyaiswara ingin membuat tubuh lebih berenergi/bersemagat tidak mudah lelah mudah berkonsentrasi, menghindari rasa mengantuk pada waktu mengajar serta membuat tubuh dapat segera tidur pada malam hari jangan lupa untuk mendapatkan cahaya/sinar matahari dipagi hari. Adapun caranya berjemur dibawah sinar matahari pagi secara langsung, ataupun membuka jendela kamar, agar cahaya matahari dapat masuk dengan mudah tanpa penghalang.
Memperhatikan dan menjaga kesehatan sangat utama dilakukan oleh widyaiswara, dan jika widyaiswara sehat maka sangat bersemangat/berenergi dalam menyampaikan materi mata pelatihan. Widyaiswara yang sehat serta bersemangat dalam menyampaikan materi mata pelatihan akan menarik minat peserta pelatihan untuk belajar dari pembukaan sampai penutupan pembelajaran.
Gambar 1 : Kesehatan Tubuh (sumber koleksi pribadi)
2.4.2. Kebersihan Tubuh
Kebersihan tubuh benar-benar harus diperhatikan oleh widyaiswara, karena dalam metode/model pembelajaran klasikal peserta melihat langsung fisik widyaiswara.Sebelum memasuki ruang belajar. Yakinkan diri bahwa rambut tidak kusut/tidak acak-acakan (bersih tersisir rapi), Raut muka/wajah bersih tidak kelihatan pucat. Selain wajah dan rambut yang tidak kalah pentingnya diperhatikan adalah kebersihan tangan, jari, kuku, kaki dan bagian tubuh lainnya. Karena bagaimanapun bersih raut muka dan rambut dan juga rapi berpakaian tapi tangan kotor begitupun kuku panjang dan kotor terkesan tidak terawat dengan baikmaka penampilan tiada artinya. Selain itu yang juga sama harus diperhatikan atau harus dihindari adalah bau mulut dan bau badan. Mulut dan tubuh serta pakaian berbau tidak sedap akan mengganggu/mengurangi nilai penampilan widyaiswara secara keseluruhan.
Guna menghindari bau badan, maka upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah : Tidak banyak mengkonsumsi tumbuhan-tumbuhan/buah-buahan yang berbau keras/menyengat, misalnya bawang putih, durian, petai dan lain-lain. Untuk menghindari bau mulut, selayaknya senantiasa menjaga kebersihan mulut dan gigi serta menghindari penyakit lambung. Sedangkan untuk mengatasi bau badan dapat juga menggunakan parfum atau pewangi badan namun pilihlah aroma yang tidak menyolok/keras.
Menjaga kebersihan badan/tubuh ini sangat penting diperhatikan oleh widyaiwara untuk mendukung keberhasilan kegiatan pembelajaran. Dengan melihat tubuh widyaiswara bersih dan sehat maka peserta tetap semangat untuk mengikuti pembelajaran/mendengarkan materi yang disampaikan oleh widyaiswara.
Setelah beberapa bagian kerbersihan tubuh yang harus diperhatikan oleh seorang widyaiswara, maka berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan agar tubuh/badan tetap bersih atau cara menjaga kebersihan badan/tubuh. Adapun caranya sebagai berikut :
a. Mandi secara teratur
Tujuan mandi adalah untuk menjaga agar tubuh tetap segar dan badan bersih secara menyeluruh. Idealnya mandi dalam sehari 1 atau 2 kali. Memang tidak ada anjuran jumlah berapa kalimandi dalam sehari, akan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan dan aktivitas seseorang. Mandi satu atau dua kali sehari dapat membantu membuang kelebihan minyak dan membersihkan kulit dari sel kulit mati , bakteri , kotoran dan minyak yang menyumbat pori-pori.
b. Membersihkan tangan dengan sabun
Rajin mencuci tangan menggunakan sabun tentunya dapat mencegah penyebaran virusdan bakteri. Mencuci tangan sangat dianjurkan sebelum menyantap makanan, selesai dari kamar mandi, setelah batuk dan bersin, menyentuh binatang, memegang sampah dan sebagainya. Jika tidak ada sabun dan air maka dapat menggunakan hand sanitizer
c. Secara rutin keramas rambut
Mencuci rambut dengan cara keramas adalah untuk membersihkan rambut dan kulit kepala agar rambut dan kulit kepala bersih dari kotoran dan bauyang tidak nyaman. Keramasrambut dianjurkan dua hingga tiga kali seminggu. Melakukan keramas juga dapat membantu menghilangkan penumpukan kulit mati dikulit kepala dan membersihkan sisa minyak yang dapat mengiritasi kulit.
d. Rajin menyikat gigi
Untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut diawali dengan cara menyikat gigi dengan cara teratur dan benar juga waktu yang tepat. Menyikatgigi dianjurkan minimal 2 kali sehari. Apabila gigidan mulut selalu dijaga kebersihannya, maka akan dapat memutuskan mata rantai yang menyebabkan karies serta berbagai penyakit gusidan mulut
e. Memotong kuku
Guna tetap menjaga kebersihan kuku, baik kuku tangan maupun kuku kaki hendaknya dibersihkan secara rutin. Kuku yang dibiarkan kotor apalagi panjang akan dapat meningkatkan penyebaran penyakit. Potonglah/guntinglah kuku yang panjang dan jugai membuang kotoran yang terselip disela kuku. Setiap selesai memotong kuku maka dilanjutkan dengan mencuci jari-jari tangan dan kaki serta gunting kuku dengan air bersih dan mengalir.
f. Mencuci kaki
Kaki merupakan bagian yangsangat penting dari tubuh, akan tetapi kaki biasanya kurang diperhatikan kebersihannya. Kakipun perlu diperhatikan kebersihannnya dalam upaya kebersihan keseluruhan tubuh. Untuk membersihkan khususnya kaki yang sangat kotor dengan menggunakan sabun dan digosok-gosok disela-sela jari kaki sampai memang betul-betul bersih. Bila kaki selalu bersih cenderung tidak terkena kutu air, terhindar dari bau kaki yang tidak sedap, serta permasalahan lainnya.
g. Membersihkan Telinga
Telinga merupakan alat pendengaran yang merupakan salah satu pacaindra manusia. Telingapun harus dijaga kebersihannya sama dengan bagian tubuh lainnya, khususnya kebersihan didalam telinga. Cara terbaik untuk membersihkan telinga khususnya bagian dalam telinga setelah mandi disarankan dengan air hangat, karena saat itulah kotoran telinga lembut dan mudah dibersihkan. Membersihkan khususnya pada bagian dalam telinga perlu kehati-hatian agar tidak melukai saluran dan gendang telinga.
Dengan diuraikan beberapa cara untuk membersihkan bagian tubuh sebagaimana diatas maka khususnya widyaiswara dapat menerapkannya, karena dengan tubuh yang bersih akan mendukung keberhasilan widyaiswara khususnya dalam hal itu keberhasilan dalam menyampaikan materi pelatihan kepada peserta pelatihan pada metode/model pembelajaran klasikal.
Gambar 2 Kebersihan Tubuh (sumber koleksi pribadi)
2.4.3. Kerapian berpakaian
Pakaian tidak saja berfungsi sebagai pelindung tubuh dan menutup bagian tertentu pada tubuh manusia, selain itupakaian mempunyai fungsi lain yaitu untuk memperindah diri. Kemampuan seseorang untuk berpakaian dengan baik dan tepat akan menampilkan kesan yang positif yang sangat berhubungan erat dengan semangat hidup, sehingga dapat menambah kepercayaan hidup. Berpakaian dengan baik akan menampilkan kepribadian yang baik juga.
Pada waktu pertama kali seorang widyaiswara masuk keruangan/kelas guna menyampaikan materi pembelajaran mata pelatihan, maka yang pertama kali diperhatikan dan dinilai oleh peserta pelatihan adalah kerapian berpakaian. Kerapian berpakaian merupakan salah satu penilaian peserta pelatihan terhadap widyaiswara.
Pakaian yang dikenakkanoleh widyaiswara pada wakru kegiatanmetode/model pembelajaran klasikal dapat pakaian bebas pantas dan juga pakaian dinas. Pakaian bebas pantas adalah pakaian yang disenangi oleh widyaiswara sedangkan pakaian dinas adalah pakaian yang diatur oleh lembaga tempat widyaiswara atau bertugas yang dikenal dengan nama PSH (Pakaian Sipil Harian) dan PSL ( Pakaian Sipil Lengkap).Pakaian dinas dan pakaian bebas pantas yang dipakai oleh widyaiswara harus kelihatan rapi, bersih, sopan dan serasi, sesuai dengan ukuran tubuh dan juga sesuai model pakaiannya.
Berpakaian yang rapi, serasi, bersih, sesuai ukuran dan mode akan menambah percaya diri dan pada akhirnya akan menampilkan pribadi yang menarik yang mendukung kompetensi kepribadian widyaiswara. Adapun pakaian dalam pengertian ini termasuk juga sepatu dan kaus kaki.Sepatu dan kaos kaki harus sesuai dengan ukuran kaki, sesuai dengan model dan warna. Pakaian dikatakan rapi apabila pakaian yang dipakai sesuai dengan ukuran tubuh yaitu tidak terlalu kebesaran atau kekecilan/ketat serta model pakaian serasi dengan bentuk tubuh. Sedangkan pakaianyang sopan adalah pakaian yang dipakai sesuaidengan norma-norma aturan yang berlaku dtempat si pemakai pakain itu.Atau pakaian yang dipakai oleh widyaiswara sesuai dengan aturan di organisasi/lembaga tempat widyaiswara itu bertugas. Pakaian yang bersih adalah pakaian tidak kotor, tidak kumal dan tidak kelihatan lusu. Pakaian yang dipakai oleh widyaiswara rapi, sopan bersih akan menambah kepercayaan diri widyaiswara tersebut.
Pada waktu widyaiswara memakai pakaian kedinasan, maka atribut pakaian harus lengkap dan mengikuti aturan yang ditetapkan, dan juga kalau memakai pakain dinas tidak berkesan menakutkan sehingga suasana pembelajaran tidak kaku. Selain pakaian harus rapi, bersih dan sopan , maka pakaian harus lengkap. Lengkap artinya tidak ada kancing yang lepas, tidak ada noda yang menempel. Untuk pakaian yang bebas pantas maka tetap memperhatikan kerapian dan kesopanan .
Guna menambah kelengkapan pakaian maka dapat juga ditambahkan aksesoris. Namun aksesoris yang digunkan memang harus menyepurnakan penampilan, jangan terlalu berlebihan atau bertentangan dengan aturan/norma yang berlaku. Aksesoris lainnya yang penting bagi widyaiswara wanita atau pria adalah jam tangan,seharusnya menempel tepat dipergelangan tangan.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan oleh widyaiswarsa agar pakaian yang digunakan mendukung kesempurnaan penampilan yaitu :
a. Rencanakan pakaian yang akan digunakan pada setiap hari kerja, khususnya rencana pakaian yang dipakai pada metode/model pembelajaran klasikal dikelas, setrika pakaian dengan rapi. Karena kalau tidak direncanakan atau dipersiapkan akan terkesan tidak ada persiapan, tidak sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas khususnya kegiatan penerapan metode/model pembelajaran klasikal.
b. Pakaian harus diserasikan baik warna mapun bentuknya, dan diusahakan sesuai warna kulit begitupun dengan sepatu, tali pinggang hendaklah disesuaikan dengan pakaian yang dipakai.
c. Periksa kesempurnaan berpakaian, apakah kancingbelum terpasang semua, kerah baju masih terlipat kedalam dan lain sebagainya.
d. Kelengkapan pakaian atau aksesoris perlu disesuaikan, boleh digunakan, namun tidak berlebih-lebihan. Misalnya kalau memakai dasi jangan lupa penjepitnya. Janganlah menggunakan banyak perhiasan yang akan mengganggu, misalnya gelang-gelang yang banyak sehingga kedengaran suara gemerincing, intan berlian yang berkilauan dan sebagainya
Gambar 3 kerapian berpakaian (koleksi pribadi)
2.4.4. Posisi widyaiswara waktu menyampaikan materi pembelajaran
Sebetulnya tidak ada aturan tertulis yang mengatur bagaimana posisi widyaiswara pada saat menyampaikan materi mata pelatihan pada metode/model pembelajaran klasikal. Namun demikian posisi harus diperhatikan oleh widyaiswara, karena akan mempengaruhi hasil pembelajaran, oleh karena itu widyaiswara harus menempati posisiyang strategis, agar semua peserta pelatihan dapat melihat secara langsung widyaiswara.
Mengajar/menyampaikan materi mata pelatihan tidak hanya duduk atau berdiri disatu tempat saja, namun sebaiknya merubah posisi. Dari posisi duduk dikursi, selanjutnya berdiri, kemudian berjalan kekanan, kekiri, kedepan dan ke belakang namun tidak berlebih lebihan (sesuai dengan kepentingan dalam menyampaikan materi mata pelatihan). Melalui berbagai posisi yang demikian maka pembelajaran akan berlangsung komunikatif. Jika posisi widyaiswara hanya duduk saja atau berdiri saja dalam menyampaikan mata pelatihan maka pembelajaran menoton/kaku. Pada waktu widyaiswara duduk dikursi maka duduklah dengan mantap sambil menatap semua peserta pelatihan. Begitupun pada waktu widyaiswara berdiri, maka berdirilah dengan tegap tidak kelihatan lesu/lemah. Jadi pada prinsipnya pada waktu menyampaikan materi pembelajaran mata pelatihan, widyaiswara dipersilahkan untuk berdiri, duduk, berjalan kekiri, kekanan, kebelakang maupun kedepan, namun janganlah bergeraknya terlalu sering/berlebihan sehingga kepala-kepala peserta pelatihan berputar-putar untuk mengikuti dimana posisi widyaiswara.
Posisi widyaiswara dalam menjelaskan materi mata pelatihan ada kalanya menulis di papan tulis,ketika widyaiswara menulis dipapan tulis usahakan agar widyaiswara tidak membelakangi peserta pelatihan. Jika widyaiswara sering apalagi lama membelakangi peserta pelatihan maka akan memberikan peluang peserta pelatihan untuk ngobrol atau membuat kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan materi pembelajaran. Kemudian perlu disampaikan disini bahwa pada saat berbicara dengan peserta pelatihan diharapkan mata widyaiswara tertuju atau menatap peserta pelatihan. Jadi waktu berbicara dengan peserta pelatihan janganlahmata widyaiswara menatap kemana-mana karena kalau menatap kemana-mana tidak menatap mata peserta pelatihan itu artinya tidak menghormati atau menghargai peserta pelatihan.
Berikut ini adalah hal-hal yang mendukung keberhasilan widyaiswara yang terkait dengan posisi waktu widyaiswara menyampaikan materi mata pelatihan, yaitu :
a. gerakan gerakan yang dilakukan adalah gerakan natural janganlah gerakan dibuat-buat.
b. duduk dan berdirilah dengan mantap jangan kelihatankaku dan lesu
c. usahakan jangan banyak membaca catatan, karena kalau membaca catatan artinya pandangan tidak kepada peserta pelatihan
d. lihat keseluruhan peserta janganlah hanya berfokus kepada salah seorang peserta.
e. Bergeraklah secara teratur, perlahan-lahan jangan terburu-buru, lihatlah kepada peserta.
f. Posisi tangan didepan sebagai tanda siap bertindak.
g. Jangan memasukkan tangan kesaku, dibelakang atau menyilangkan tangan.
h. Tampilah dengan tenang
Selanjutnya perlu disampaikan disini pada waktu berbicara kadang-kadang suara widyaiswara kecil/lemah sehingga tidak dapat didengar secarajelas oleh peserta pelatihan, khususnya peserta pelatihan yang duduk diposisi palingbelakang. Untuk itu widyaiswara harus menggunakan mikrofon. Menggunakan mikrofon juga ada caranya, yaitu arah mikrofon dengan mulut tidak boleh terlalu dekat jaraknya, yang baik adalah lebih kurang 10 cm. mulailah berbicara jika posisi mulut sudah menghadap mikrofon dan palingkan kepala dan mikrofon jika batukdan mendehem.
Gambar 4 Posisi strategis widyaiswara dapat dilihat olehseluruh peserta pelatihan (koleksi pribadi)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas maka dapat disimpulkan
a. Widyaiswara adalah PNS yang diberi tugas, tanggung-jawab, wewenang dan hak secara penuh untuk melaksanakan kegiatan pelatihan, pengembangan pelatihan, dan penjaminan mutu pelatihan dalam rangka pengembangan kompetensi yang berkedudukan di lembaga penyelenggara pelatihan pada instansi pemerintah.
b.Metode/model pembelajaran klasikal adalah aktivitas kegiatan tenaga pengajar beserta peserta belajar dalam kelompok besar didalam kelas secara bersama-sama dengan peserta belajar yang banyak.
c.Tugas jabatan fungsional widyaiswara ada dua, yaitu : tugas pokok dan Tugas kegiatan pengembangan profesi dan penunjang jabatan fungsional
d.Penampilan yang harus diperhatikan widyaiswara ketika menerapkan metode/model pembelajaran klasikal (classroom) adalah :
1.Kesehatan tubuh
2.Kebersihan tubuh
3.Kerapian berpakaian
4.Posisi widyaiswara pada waktu menyampaikan materi pembelajaran
3.1 Saran
Kepada pembaca khusususnya yang akan menyampaikan materi pembelajaran metode/model klasikal (classroom) diharapkan memperhatikan kesehatan tubuh, kebersihan tubuh, kerapian berpakaian dan posisi pada waktu menyampaikan materi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
-
Drs. Gunawan, MM, 2020, Menjadi Widyaisawara yang Disenangi Peserta Pelatihan, Bandung, Alfabeta.
- Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka.
- Endar Sugianto,1999, Psikologi Pelayanan Dalam Industri Jasa, Jakarta; Gramedia Pustaka Utama
- Karyana, 2016, Pengembangan Profesionalisme Widyaiswara Pasca Permenpan Nomor 14 Tahun 2014.
- Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 26 Tahun 2015 Tentang Pedoman Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Widyaiswara
- Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2021 Tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara.
- https://www.smadwiwarna.sch.id/model-pembelajaran-klasikal/
- https://www.pljar.info/blog/7-tips-agar-tetap-energik-saat-mengajar
- ttps://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20211123160257-260-725032/9-cara-menjaga...
- 1191 reads