Setiap orang pasti mengidam-idamkan keluarga yang bahagia dan tentunya di ridhoi oleh sang pencipta, tak lengkap suami dan istri dalam berkeluarga apa bila belum memiliki buah hati yang menjadi penyejuk bagi keduanya, anak yang menjadi pelipur dikala lelah, pembangkit semangat ketika berputus asa. Orang tua berharap memiliki anak yang kelaknya dapat dibanggakan oleh keluarga, anak yang tampan atau cantik, pintar, cerdas dan tentunya soleh dan solehah.
Orang tua yang baik hendaknya dapat memberikan apa-apa yang memang sudah menjadi hak bagi seorang anak seperti rasa cinta kasih yang dapat dihujutkan dengan rasa aman dan nyaman ketika dirumah, memberikan pendidikan yang layak sesuai dengan jenjang usianya serta mencukupi segala kebutuhan anak secara materil dan non materil. Semua ini dilakukan agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal serta kelak dapat memenuhi apa-apa yang menjadi pengharapan orang tua kepada anak tersebut.
Memiliki anak yang pintar dan cerdas adalah impian setiap orang tua, berprestasi disekolah, mendapatkan nilai-nilai yang baik serta rengking disetiap pembagian raport disemesteran berakhir. Tetapi tidak semua orang tua bisa menghujutkan hal tersebut kepada anak-anaknya, hal ini dikarnakan ada faktor-faktor yang menyebabkan seorang anak dapat meningkat prestasinya atau sebaliknya malah cendrung menurun. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi diantara lain dikarnakan faktor Intelegensi yaitu kecerdasan yang dimiliki anak, faktor lingkungan yang meliputi perhatian orang tua, keadaan ekonomi kelurga serta kondisi disekolah, tak kalah pentingnya adalah faktor lain yang dapat menunjang anak berprestasi seperti kondisi kesehatan serta asupan-asupan yang diterima anak tersebut. Pada artikel kali ini penulis akan fokus membahas pada faktor intelegensi atau kecerdasan pada level superior.
Kecerdasan atau yang biasa kita sebut dengan IQ (Intelegent Quotient) merupakan score/nilai yang menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang berdasarkan perbandingan dengan sesamanya dalam satu populasi. Untuk mengetahui level atau tingkatan dimana kondisi IQ seseorang dapat dilihat dengan melakukan tes Psikotes dengan berbagai macam jenis tes yang tentunya dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki lisensi untuk mengetes. Tingkatan-tingkatan IQ seseorang dapat digolongkan pada tingkatan:
- 70 – 79 : Tingkat IQ rendah atau keterbelakangan mental
- 80 – 90 : Tingkat IQ rendah yang masih dalam kategori normal (Dull Normal)
- 91 – 110 : Tingkat IQ normal atau rata-rata
- 111 – 120 : Tingkat IQ tinggi dalam kategori normal (Bright Normal)
- 120 – 130 : Tingkat IQ superior
- 131 : atau lebihTingkat IQ sangat superior atau jenius.
Pada anak-anak di Indonesia pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan pada tingkat normal atau rata-rata meskipun ada juga anak-anak yang berada pada tingkat kecerdasan superior atau jenius dan juga ada anak-anak pada tingkatan Dull Normal hingga keterbelakangan mental, tetapi untuk tingkat ini tidak melebihi dari jumlah anak yang memiliki kecerdasan normal atau rata-rata.
Pembahasan berfokus pada anak tingkat kecerdasan Superior, istilah kecerdasan Superior di dalam kamus Psikologi karangan J.P Chaplin, mendenfenisikan Superior sebagai satu tingkat kemampuan mental umum, yang dilampaui oleh 15% dari populasi. Pada skala Stanford Binnet, merupakan IQ yang ekuivalen dengan nilai 120 (1986 :494). Sementara itu, Sutratinah Tirtonegara (1982: 14), menyatakan bahwa anak anak superior memiliki arti anak-anak yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi atau superior dalam bidang akademik dengan skor IQ pada tes intelegensi menunjukkan angka mulai dari 120 – 129.
Anak-anak yang memiliki kecerdasan superior tentunya memiliki karakteristik yang khas, kharakteristik ini merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang yang menunjukan perbedaan antara seseorang dengan orang yang lain. Menurut pendapat ahli, mereka mengemukakan bahwa anak-anak superior sejak kecil lebih aktif dan lebih menaruh perhatian terhadap lingkungannya. Walaupun pengecualian-pengecualian selalu ada; misalnya beberapa anak superior lambat dalam perkembangan motorik (Parker (1975:12)), Sedangkan menurut Vernon (1977:79) perkembangan fisik dan motorik tidak jelas merupakan tanda dari keunggulan mental, namun anak-anak yang superior ini sekurang-kurangnya normal dalam perkembangan fisik dan motorik.
Dapat kita jabarkan beberapa karakteristik dari anak superior;
- Pada aspek kemampuan berbicaranya, anak-anak superior bias berbicara diusia yang lebih dini dari pada anak-anak pada umumnya. Perbendaharaan kata-kata yang luas, cepat menggunakan kalimat-kalimat yang majemuk dan ketepatan dalam berbicara, minat terhadap kata-kata dan keinginan untuk bereksperimen dengan kata-kata (antara 1½ - 3 tahun)
- Memiliki ingatan yang baik. Mulai dua tahun sudah nampak sikap kerja, yaitu dapat menyelesaikan tugas-tugas yang ditentukan sendiri.
- Rasa ingin tahu yang dimiliki oleh anak yang berkecerdasan superior sangatlah tinggi, sering sekali melontarkan pertanyaan-pertanyaan akan sesuatu yang baru diketahuinya. Hal ini memang akan sedikit merepotkan orang tuanya karena rasa ingin tahu selalu berimbang dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan. Pada umur 3½ tahun sudah ingin membaca dan sering dapat belajar sendiri dari buku-buku serta mempunyai daya imajinasi yang kuat.
- Untuk di Sekolah biasanya anak-anak yang memiliki kecerdasan superior ini sudah biasa menangkap pelajaran dan umumnya juga senang belajar terutama pelajaran-pelajaran yang menarik selain itu minat dan hobi mereka banyak.
- Karakteristik berikutnya, mereka senang merencanakan dan mengorganisir, cenderung menjadi pemimpin dalam bermain ataupun bekerja. Berhubung mereka lebih cepat dalam berfikir dan bahasa, sering mereka lebih senang bergaul dengan anak-anak yang lebih tua.
- Mereka lebih tidak bergantung (independent) dan tahu apa yang diinginkan, percaya pada diri sendiri. Kadang-kadang bisa keras hati, tidak mudah melepaskan pendapat mereka.
- Dalam hubungan dengan orang lain, mereka lebih mudah menjalin komunikasi meskipun orang tersebut baru dikenalnya, walaupun ada pula yang lebih suka menyendiri dan tidak mudah bergaul. Mereka peka terhadap perasaan-perasaan orang lain, dan dalam pemahaman diri (self-insight) mereka juga lebih maju. Adapun dibeberapa kondisi meraka kesulitan dalam hubungan dengan orang dewasa ini dapat terjadi dikarenakan anak-anak ini sangat kritis dan mengamati ketidak konsekuenan dalam perilaku orang dewasa. Mereka juga dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab oleh orang dewasa.
Secara khusus anak-anak yang memiliki kecerdasan superior memiliki cirri-ciri:
- Memiliki intelegensi di atas normal, mulai dari 120 dan lebih
- Makin tinggi IQ nya, semakin baik daya abstraksinya
- Berpikir secara logis, kritis, rasional dan kreatif
- Perkembangan mentalnya lebih cepat dari usianya
- Mempunyai prestasi yang tinggi baik di sekolah, maupun di luar sekolah
- Menunjukkan kemampuan khusus di atas rata – rata anak normal
- Gemar membaca
- Tidak pernah mendapat kesulitan dari pelajaran di sekolah. Perkembangan fisik, psiskis, dan bahasanya lebih pesat dari pada anak normal
Untuk mengidentifikasi seorang anak apakah memiliki kecerdasan superior atau tidak dapat melalui dua hal:
- Identifikasi melalui studi kasus yaitu memperoleh sebanyak mungkin informasi tentang anak yang diperkirakan superior dari sumber-sumber yang berbeda, misalnya dari guru, orang tua, teman sebaya atau dari anak itu sendiri. Untuk itu dapat disusun suatu daftar pertanyaan/ kuesioner atau checklist untuk diisi masing-masing sumber. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan dan diserahkan pada suatu panitia seleksi atau pada kepala sekolah.
- Menggunakan tes
Tes adalah Serangkaian tugas/pertanyaan yang harus dilaksanakan/ dijawab oleh testee menurut aturan yang sudah ditetapkan dan memiliki syarat-syarat tertentu, antara lain: obyektif dan distandardisir dipergunakan untuk mengukur kecakapan seseorang dengan cara membandingkan antar individu atau dengan standard. (Soemadi Soeryobroto, 1973: 26). Biasa yang kita kenal dengan sebutan Tes Psikotes.
Meskipun kita mendapatkan hasil dari kedua identifikasi diatas tetapi itu tidak bias dijadikan label yang selalu melekat pada dirinya. Karena pada dasarnya manusia ini adalah mahluk yang dinamsi dan berubah-ubah sesuai dengan perjalanan waktunya serta factor-faktor yang ada disekitarnya.
Di Indonesia sendiri, fasilitas pendidikan yang disiapkan oleh pemerintah sudah sejak lama dilakukan, sudah begitu banyak program-program yang dilaksanakan, antara lain: pemberian beasiswa bagi anak-anak yang berprestasi menonjol tetapi orang tua kurang mampu, membuat Sekolah rintisan untuk anak-anak yang memiliki kecerdasan serta berbakat, program sekolah unggul (shools of excellence) yang ada diseluruh provinsi di Indonesia, diselenggarakannya program percepatan belajar bagi yang memiliki bakat istimewa serta kecerdasan yang luar biasa.
- 410420 reads