Penampilan Yang Harus diperhatikan Widyaiswara Ketika Menerapkan Metode/Model Pembelajaran Klasikal(Classroom)

BAB. I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut pegawai ASN  menurut undang-undang  nomor 5  tahun 2014 adalah  Pegawai  Negeri Sipil  dan Pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat  pembina kepegawaian dan  diserahi tugas   dalam  suatu jabatan  pemerintahan  atau diserahi  tugas negara lainnya dan digaji berdasararkan peraturan perundang-undangan.

Dari pengertian ASN diatas  bahwa ASN dibagi menjadi  dua yaitu   Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan  Pegawai pemerintah  dengan perjanjian Kerja (PPPK). PNS adalah Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional sedangkan  PPPK  adalah Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang.   ASN  mempunyai tugas pada jabatan   yang diserahi oleh pemerintah. adapun tugas ASN adalah:

  1. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
  2. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
  3. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Setiap ASN diberikan  jabatan, adapun  jabatan dalam  ASN terbagi  3 yaitu jabatan  administrasi, jabatan fungsional dan jabatan pimpinan tinggi. Jabatan  administrasi  adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. Jabatan  administrasi terdiri dari jabatan administrator, jabatan pengawas dan jabatan  pelaksana. Jabatan  fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Jabatan fungsional keahlian  terdiri atas: a. ahli utama; b. ahli madya; c. ahli muda; dan d. ahli pertama.  Jabatan fungsional keterampilan  terdiri atas: a. penyelia; b. mahir; c. terampil; dan d. pemula. Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintah. Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas: a. jabatan pimpinan tinggi utama; b. jabatan pimpinan tinggi madya; dan c. jabatan pimpinan tinggi pratama.

Widyaiswara merupakan Salah satu jabatan  fungsional PNS. Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa setiap ASN mempunyai tugas, tentu saja tidak terkecuali jabatan fungsional widyaiswara. Adapun tugas jabatan  fungsional widyaiswara  sesuai dengan Peraturan Menteri  Pendayagunaan  Aparatur Negara dan  Reformasi  Birokrasi Republik Indonesia Nomor  42 tahun 2021 tentang jabatan widyaiswara, yaitu :  Tugas jabatan  fungsional widyaiswara adalah  melaksanakan  kegiatan pelatihan, pengembangan  pelatihan  dan penjaminan  mutu pelatihan  dalam rangka pengembangan  kompetensi ASN. Adapun pengertian Pelatihan adalah  salah satu bentuk pengembangan  kompetensi ASN, Pengembangan  pelatihan  adalah upaya  peningkatan  kualitas pelatihan  melalui pengembangan model pembelajaran  dan  evaluasi  pengembangan pelatihan sedangkan  penjaminan mutu  pelatihan  adalah upaya komprehensif dalam rangka pengendalian  kualitas mututerhadap penyelenggaraan pelatihan ASN.

Salah satu tugas widyaiswara sebagaiman dikemukakan diatas adalah  pelatihan. Adapun  sub-unsur tugas kegiatan pelatihan yang  dilaksanakan oleh widyaiswara adalah  perencanaan  pelatihan, pelaksanaan  pelatihan  dan  evaluasi pelatihan. Untuk  melaksanakan subtugas kegiatan widyaiswara yaitu  merencanakan pelatihan,  melaksanakan pelatihan dan  mengevaluasi pelatihan   seharusnyalah dilaksanakan secara benar sesuai  dengan pedoman yg telah diatur oleh pejabat yan g berwenang agar tujuan pelatihan tercapai  secara maksimal.

Metode/model  pembelajaran dalam melaksanakan  kegiatan pembelajaran pelatihan yang  selalu dilakukan oleh  widyaiswara pada khususnya terbagi menjadi dua metode/model pembelajaran  yaitu metode/model  pembelajaran  klasikal (classroom) dan metode/model pembelajaran tatapmuka  secara pembelajaran  jarak jauh (Distance Learning)  atau pembelajaran  secara elektronik (E-Learning).

Keberhasilan widyaiswara  dalam melaksanakan metode/model pembelajaran klasikal (classroom) dan  Pembelajaran secara elektronik (e-learning)dipengaruhi beberapa unsur misalnya sarana, prasarana, waktu pembelajaran, cuaca dan penampilan dari  widyaiswara, oleh karena itu  unsur-unsur  yang mendukung    keberhasilan  pembelajaran pelatihan tersebut  memang seharusnya diperhatikan oleh  widyaiswara.

Dalam artikel ini  penulis akan mencoba  membahas tentang  penampilan apa saja  yang seharusnya  diperhatikan oleh widyaiswara pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran  dengan metode/model klasikal (classroom) sehingga peserta pelatihan  dapat mengikuti pembelajaran dengan tetap bersemangat sampai waktu  pembelajaran selesai.

1.2.Tujuan Penulisan

Judul tulisan ini adalah  Penampilan Yang Harus Diperhatikan  Widyaiswara  Ketika  Pembelajaran  Metode/Model  Klasikal (Classroom). Adapun tujuan penulisan ini adalah :

a.Para pembaca khususnya  yang biasa menyampaikan materi pembelajaran menerapkan metode/model  klasikal  agar tetap memperhatikan penampilan.

b.Para pembaca termotivasi untuk menulis tentang penampilan penampilan lainnya yang perlu diperhatikan khususnya  pada pada  metode/model pembelajaran klasikal (clasroom)

c. Bagi penulis sendiri  dapat memenuhi salah satu tugas widyaiswara yaitu dapat membuat artikel yang diterbitkan oleh media sosial.

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Widyaiswara

Pada bagian pendahuluan  telah  disebutkan bahwa  widyaiswara merupakan salah satu jabatan fungsional keahlian  khususnya  dijabat oleh  PNS. Tingkatan jabatan  widyaiswara ada empat yaitu  widyaiswara ahli pertama(Assistant Trainer), widyaiswara ahli muda (Junior Trainer), widyaiswara ahli madya (Senior Trainer)   dan widyaiswara ahli utama (Prime Trainer). Untuk  lebih melengkapi  uraian pembahasan selanjutnya, maka ada baiknya terlebih dahulu diuraikan secara singkat  tentang widyaiswara. Kata widyaiswara berasal  dari bahasa Sangsekerta. Kata tersebut gabungan dari tiga kata yaitu   kata vidya, kata Ish dan kata Vara.Kata Vidya yang artinya ilmu pengetahuan,  kata Ish yang artinya  memiliki dan kata Vara yang artinya terpilih. Jadi secara sederhana dari gabungan tiga kata  tersebut menjadi kata widyaiswara. Jadi  widyaiswara artinya orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan telah terpilih   berdasarkan ketentuan  atau  standar kompetensi tertentu. Jadi  widyaiswara harus memiliki kompetensi  yang tinggi(Karyana, 216, Pengembangan profesionalisme Widyaiswara Pasca Permenpan Nomor 14 Tahun 2009).

Selain pengertian widyaiswa menurut  bahasa, juga  ada pengertian widyaiswara secara harfiah, secara harfiah  widyaiswara artinya    pembawa kebenaran (atau suara  yang baik, dari kata widya artinya baik, dan kata iswara artinya suara). Sehingga diharapkan bagi  PNS yang menduduki jabatan widyaiswara dapat  menyampaikan suara kebenaran,  dapat mengajarkan nilai-nilai  luhur, jujur berakhlaq mulia, mau melayani  khususnya  Melayani ASN tanpa pamrih.

Selain pengertian widyaiswara menurut asal bahasa dan harfiahnya sebagaimana dijelaskan  diatas. Maka untuk lebih melengkapi pengertian widyaiswara maka berikut ini  akan dijelaskan pengertian  widyaiswara menurut peraturan yang telah ditetapkan oleh  pemerintah  yaitu Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara  dan Reformasi Birokrasi Nomor 42  tahun 2021 tentang jabatan fungsional widyaiswara,   “widyaiswara” adalah   PNS  yang diberi tugas, tanggung-jawab,  wewenang dan hak secara penuh untuk melaksanakan kegiatan pelatihan, pengembangan pelatihan, dan penjaminan mutu pelatihan dalam rangka pengembangan kompetensi yang berkedudukan  dilembaga penyelenggara  pelatihan pada instansi pemerintah. 

2.2.Tugas Jabatan  Fungsional Widyaiswara

Di atas telah  dijelaskan pengertian widyaiswara secara lengkap baik menurut bahasa, harfiah maupun menurut  Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Refomasi Birokrasi Republik Indonesia  Nomor 42 Tahun 2021 tentang jabatan  fungsional widyaiswara.  Sebagai pejabat fungsional keahlian maka widyaiswara  mempunyai tugas, tentu saja berbeda  dari tugas jabatan pejabat fungsional lainnya. Adapun tugas jabatan fungsional widyaiswaraterbagi menjadi dua, yaitu :

1.Tugas pokok kegiatan jabatan fungsional widyaiswara,

2.Tugas  kegiatan pengembangan  profesi dan penunjang jabatan fungsional widyaiswara

Adapun uraian kedua dari  tugas jabatan  fungsional  widyaiswara  sebagai berikut :

1. Tugas pokok kegiatan jabatan fungsional widyaiswara, terdiri dari :

a.Pelatihan ; adalah  salah satu  bentuk pengembangan  kompetensi,  meliputi perencanaan pelatihan, pelaksanaan pelatihan  dan evaluasi pelaksanaan pelatihan.

b.Pengembangan pelatihan adalah  upaya peningkatan kualitas pelatihan melalui pengembangan model  pembelajaran  dan evaluasi pengembangan pelatihan, meliputi  pengembangan  model pembelajaran  dan evaluasi pengembangan pelatihan.

c.Penjaminan mutu pelatihan adalah  upaya komprehensif dalam rangka pengendalian  kualitas mutu terhadap penyelenggaraan pelatihan  ASN, meliputi perecanaan penjaminan  mutu pelatihan, pelaksanaaan penjaminan mutu  pelatihan dan evaluasi  penjaminan mutu pelatihan.

Mengingat penulis pada saat ini sedang menduduki jabatan fungsional widyaiswara ahli madya, maka penulis hanya menerangkan tugas pokok pelatihan, pengembangan  pelatihan dan  penjaminan  mutu pelatihan  pada widyaiswara ahli madya sedangkan untuk menjelaskan tugas pokok widyaiswara ahli pertama, ahli muda dan ahli utama, pada penulisan yang akan datang atau nantinya akan ditulis oleh widyaiswara lainnya atau penulis-penulis lainnya.  Adapun tugas pokok  pelatihan,   pengembangan pelatihan dan  penjaminan mutu pelatihan jabatan widyaiswara ahli madya adalah sebagai berikut :

  1. mengevaluasi hasil analisis kebutuhanPelatihan;
  2. menyusun kurikulum pada tingkat Pelatihan teknis tingkat menengah atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
  3. menelaah kurikulum pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator atau Pelatihan Jabatan Fungsional sesuaijenjangnya;
  4. melakukan sinkronisasi perencanaan Pelatihan pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
  5. menyusun modul Pelatihan pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
  6. menyusun bahan perencanaan Pelatihan dalam bentuk bahan ajar pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
  7. menyusun bahan perencanaan Pelatihan dalam bentuk bahan tayang pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknistingkatmenengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
  8. menyusun bahan perencanaan Pelatihan dalam bentuk bahan peraga pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
  9. menyusun bahan perencanaan Pelatihan dalam bentuk rancang bangun pembelajaran mata Pelatihan dan rencana pembelajaran pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
  10. menyusun soal/materi ujian Pelatihan berbentuk pre-test – post-test pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
  11. menyusun soal/materi ujian Pelatihan berbentuk tes komprehensif pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
  12. menyusun soal/materi ujian Pelatihan berbentuk kasus pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
  13. melakukan kegiatan pembelajaran klasikal untuk ASN pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah; melakukan kegiatan pembelajaran klasikal untuk non ASN pada Pelatihan teknis tingkat menengah atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
  14. melakukan kegiatan pembelajaran klasikal untuk non ASN pada Pelatihan teknis tingkat menengah atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
  15. melaksanakan tatap muka secara pembelajaran jarak jauh (distance learning) dan/atau pembelajaran secara elektronik (e-learning) pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
  16. melaksanakan tatap muka secara pembelajaran jarak jauh (distance learning) dan/atau pembelajaran secara elektronik (e-learning) non ASN pada Pelatihan teknis tingkat menengah atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
  17. mengintegrasikan program penyelenggaraan pada Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
  18. melaksanakan pembimbingan (coaching) produk pembelajaran individu pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
  19. melakukan bimbingan teknis produk pembelajaran kelas pada pelaksanaan observasi lapangan/praktik kerja lapangan/benchmarking pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
  20. memeriksa hasil ujian Pelatihan berbentuk pre- test – post-test pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, PelatihanJabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
  21. memeriksa hasil ujian Pelatihan berbentuk tes komprehensif pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
  22. memeriksa hasil ujian Pelatihan berbentuk kasus pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
  23. melakukan pemantauan pencapaian hasil pembelajaran klasikal pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkat menengah;
  24. mengembangkan media dan materi pembelajaran berbasis digital pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkat menengah, atau Pelatihan sosial kultural tingkatmenengah;
  25. mengevaluasi program Pengembangan Pelatihan di lingkupinstansi;
  26. menyusunrancangan implementasi pembelajaran terintegrasi (corporate university) lingkup antarinstansi;
  27. melaksanakan asistensi dan konsultasi pada pembelajaran terintegrasi (corporate university) pada lingkupinstansi;
  28. melaksanakan bimbingan teknis (coaching) kepakaran pada unit kerja instansi;dan
  29. melakukan pengembangan sistem dan model Pelatihan pada tingkat Pelatihan manajerial bagi pejabat administrator, Pelatihan Jabatan Fungsional, Pelatihan teknis tingkatmenengah,atau  pelatihan sosial  kultural tingkat menengah.

2.Tugas  kegiatan pengembangan  profesi dan penunjang jabatan fungsional widyaiswara, terdiri dari ;

a.Tugas Pengembangan profesi widyaiswara, yang terdiri dari unsur   tugas jabatan  yaitu :

1.Perolehan ijazah/gelar pendidikan formal sesuai dengan bidang tugas     jabatan fungsional  widyaiswara

2.Pembuatan karya tulis ilmiah dibidang widyaiswara

3.Penerjemahan/penyaduran  buku  dan bahan-bahan lain dibidang jabatan fungsional widyaiswara

4.Penyusunan standar/pedoman/petunjuk teknis dibidang jabatan  fungsional widyaiswara.

5.Pengembangan  kompetensi  dibidang jabatan  fungsional widyaiswara.

6.Kegiatan lain yang mendukung pengembangan profesi  yang ditetapkan  oleh instansi  pembina dibidang jabatan  fungsional widyaiswara

b. Tugas Penunjang kegiatan widyaiswara, yang terdiri dari sub unsur tugas jabatan, yaitu :

1.Pengembangan dibidang tugas jabatan  fungsional widyaiswara

2.Keanggotaan  dalam tim penilai/tim ujian kompetensi

3.Perolehan penghargaan

4.Perolehan  gelar kesarjanaan lainnya

5.Pelaksanaan tugas lain yang mendukung pelaksanaan tugas jabatanfungsional widyaiswara

2.3.Metode/Model Pembelajaran Klasikal (Classroom)

Sebagaiman kita pahamibahwa metode/model pembelajaran kegiatan pelatihan adadua metode/model yaitu pelatihanmetode/model klasikal (classroom) dan metode/modelpembelajaranJarak Jauh (Distance Learning)atau pembelajaransecara elektronik (E-Learning).Metode/model pembelajaran klasikaldan Metode/ModelJarak Jauh (Distance Learning/E-Learning) Kedua metode pembelajaran tersebut sering dilakukan oleh widyaiswara, karena melaksanakan metode yang ditetapkan olehpenyelenggara pelatihan.

Metode/model pembelajaran klasikal, menurut asal katanya adalah klasik yang dapat diartikansebagai secara klasik yang menyatakankeadaan suasana/kondisiyang sudah lama terjadi, dapat juga diartikanbersifat kelas. Jadidapat dikatakanpembelajaran klasikalartinyapembelajaran konvensionalyang dapat dilaksanakan dalam kelas, metode pembelajaranyang memandang peserta pelatihan mempunyai kemampuanyang tidakberbeda satu sama lainsehingga peserta pelatihanmendapatkan materi pelatihansecara bersama-sama dengan cara yang samadalamsatu kelas. Adapunmetode/model yangdigunakanadalah pembelajaran langsung (direct learning).

Pengertian lain model pembelajaran klasikaladalahaktivitas kegiatantenaga pengajar beserta peserta belajar dalam kelompok besar didalamkelas secara bersama-sama dengan peserta belajar yang banyak. Sedangkan pengertian metode/model pembelajaran klasikal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) klasik diartikan secara kolektif dalam kelas. Berdasarkan pengertian ini, model pembelajaran klasikal adalah model pembelajaran yang dilakukan oleh gurudan siswa dalam kelompok besar, yaitu seluruh siswa didalam kelas bekerjasama untuk melakukan kegiatandiskusi (tanya-jawab). Sedangkan pengertianmetode/model klasikal menurutAunnurahman, yang menyatakanbahwa modelpembelajaranklasikal lebih mengutamakan pada peran gurudalam memberikan informasi melalui materipelajaranyang dijadikan. Modelpembelajaran klasikal menggunakanpembelajaran kelas dalaam proses pembelajaran.Pembelajaranklasikal cenderung digunakan guruapabila dalam proses belajarnya lebih banyakbentuk penyajian materi dariguru.Penyajian lebihmenekankan untuk menjelaskan sesuatu materiyang belum diketahui atau dipahami peserta didik.

Pembelajaran model klasikal tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan seperti model pembelajaran lainnya. Adapun kelebihan metode/model pembelajaran klasikal adalah :

  1. Nilai ekonomis  yang tinggi karena dengan meode ini peserta didik  didalam  satu kelas dapat  berjumlah  10  hingga 45 orang.
  2. Jika materi atau ilmu yang disampaikan adalah sesuatu yang baru bagi peserta didik lebih mudah mendapatkan  informasi tersebut.
  3. Keuntungan  lainnya yaitu manajemen kelas yang teratur karena guru  memegang kendali kelas, seperti  memberi  soal, menyuruh peserta didik untuk mencatat dan lain-lain.

sedangkan kekurangan pembelajaran klasikal :

  1. Yang visual  kalah, dan yang bisa mendengar mendengarkan siapa  yang benar-benar menerimanya.
  2. Kemajuan teknik ini sangat tergantung pada siapa yang menggunakannya.
  3. Akan cukup sering membuat   peserta didik tidak aktif

2.4.Penampilan yang Harus Diperhatikan  Widyaiswara Ketika menerapkan  Metode/Model Pembelajaran Klasikal (Classroom)

Penampilan  merupakan salah satu  kompetensi  kepribadian  widyaiswara, yaitu  penampilan pribadi  yang dapat diteladani. Dapat diteladani artinya  penampilan widyaiswara dapat ditiru, diikuti, dicontoh/diteladani oleh orang lain. Kompetensi kepribadian  adalah kemampuan kepribadian yang berakhlak mulia, mantap, stabil,dewasa, arif dan bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri  dan religius sendiri (Jejen Musfah, 2011).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan  bahwa seorang widyaiswara memiliki pribadi yang berakhlak mulia, mantap, stabil, arif, bijaksana, serta menjadi teladan bagi peserta pelatihan. Penampilan yang merupakan  salah satu  kepribadian widyaiswara. Seorang  widyaiswara semestinyalah  menjadi daya tarik yang menyenangkan bagi peserta pelatihan.  Misalnya    dalam tindakan , ucapan , cara bergaul , berpakaian  menghadapi persoalan   dan sebagainya.

Untuk melengkapi pengertian penampilanyang merupakan salah satu  kompetensi widyaiswara, berikut ini pengertian  penampilan menurut  Maltz (dalam Ir. Endar Sugianto,  MM, 1999) adalah  bentuk  citra diri yang terpancar dari diri seseorang dan merupakan  sarana komunikasi  antara kita dengan orang lain. Adapun yang dimaksudkan   dengan  penampilan widyaiswara dalam tulisan    ini adalah  sikap  dan pencerminan  seorang widyaiswara  yang menimbulkan  rasa  percaya diri  dan simpati  dari peserta pelatihan .

Penampilan merupakan  bagian fisik  dari kepribadian  widyaiswara.

Jadi dengan demikian  untuk dapat dimengerti dan dipahami bahwa penampilan  merupakan bagian  yang sangat penting pada  kepribadian seorang widyaiswara yang  merupakan salah satu pendukung  dalam proses pembelajaran dalam kegiatan pelatihan,  atau dengan sebutan lain  penampilan  diri memegang  peranan penting dalam pergaulan  dan hubungan dengan orang lain positif maupun  negatif. Penampilan yang baik  akan memperlancar keakraban dan saling percaya  dengan pihak/orang lain. Karena faktor penampilan  yang baik maka orang yang ada disekitar kita senang  dan akan memperlacar keakrabab berkomunikasi, namun sebaliknya  dengan penampilan  diri  yang  kurang baik pastilah  akan menghambat suasana dan sangat  memungkinkan  sulit berkomunikasi.

 Penampilan  merupakan salah satu unsur komunikasi nonverbal. Oleh sebab itu seorang widyaiswara  hendaknya betul-betul  memperhatikan  penampilan khususnya penampilan pada waktu  melaksanakan/menyampakan materi atau mengajar didalam sebuahkegiatan pelatihan dalam kegiatan inin metode/model pembelajaran klasikal.  Tentu saja  seorang widyaiswara tidaklah harus berlebihan  dalam penampilan, karena widyaiswara diharapkan menjadi  contoh/tauladan.  apa yang dilihat peserta pelatihan  menjadi   contoh teladan yang positif tentunya.   Berikut ini  penampilan yang betul-betul harus diperhatikan oleh seorang widyaiswara saat menerapkan metode/model  pembelajaran klasikal kegiatan pelatihan.

2.4.1. Kesehatan Tubuh

Pada waktu mengajar menerapkan model/metode klasikal seorang widyaiswara tentunya bersama-sama dengan peserta pelatihan didalam kelas. Widyaiswara pada waktu mengajar/memberikan materi pelatihan  tersebut cukup banyak mengeluarkan  energi apalagi jam pembelajaran cukup panjang. Widyaiswara tidak diharapkanhanya duduk dikursi, namun perlu berdiri, berjalan, menulis dipapan tulis, memperagakan gerakan, memimpin permainan  dan sebagainya sesuai dengan mata pelatihan yang disampaikan oleh widyaiswara tersebut. Itulah sebabnya widyaiswara diharapkan selalu sehat, mulai dari pembukaan pembelajaran sampai menutup pembelajaran.

Widyaiswara yang tubuhnya sehat   dapat dilihat  dari wajah yang cerah/tidak pucat, gerak tubuh lincah (duduk , berdiri dan berjalan gerakannya  cepat).  Widyaiswara dapat dikatakan kurang sehat misalnya batuk-batuk, sering bersin-bersin,  gerakan lambat, kelihatan cepat lelah lebih banyak duduk saja dan lain sebagainya.

Walaupun materi mata pelatihan disenangi oleh peserta pelatihan namun kalau widyaiswara yang menyampaikan materi mata pelatihan kurang sehat maka hasil pembelajaran tidak akan berhasil secara maksimal, oleh karena itu widyaiswara harus benar-benar memelihara  kesehatan.   Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang widyaiswara agar selalu sehat yaitu memperhatikan konsumsi makanan dan minuman , istirahat/ tidur yang cukup, olah raga yang teratur dan  sering mendapatkan sinar matahari pagi. Untuk hal-hal tersebut  akan diterangkan sebagai berikut:

a.Memperhatikan  konsumsi makanan dan minuman

Konsumsi makanan  yang perlu diperhatikan adalah  makanan yang bergizi makanan yang bergizi adalah  asupan  gizi makanan seimbang, yaitu mengkosumsi  2 persen protein,  50 persen karbohidrat dan 48 persen lemak hal tersebut sangat berpengauh  terhadap kesehatan tubuh. Mengkonsumsi makanan yang bergizi ini akan  membuat tubuh bersemangat/berenergi, tidak mudah lelah. Beberapa makanan  yang dapat meningkatkan energi/semangat misalnya kacang kacangan, jeruk, ikan salmon, apel, pisang, bayam dan lain-lain. Kemudian disarankan agar  dapat membatasi  makanan yang terlalu manis, sebab  mengkonsumsi makanan  yang terlalu manis, justru  bisa  membuat  tubuh  menjadi  mudah lelah

Disamping memperhatikan makanan yang dapat membuat tubuh bersemangat/berenergi maka sangat dianjurkan   minum banyak air putih. Sangat dianjurkan  untuk mengkonsumsi  2 sampai dengan 2,5 liter  air putih setiap harinya agar  kebutuhan cairan  dalam tubuh tercukupi. Perlunya banyak mengkonsumsi air putih  setiap harinya  sangat bermanfaat untuk membantu menjaga aliran darah agar lebih lancar, sehingga otak  bisa memperoleh  banyak oksigen dan nutrisi untuk tetap bekerja secara maksimal.

Agar seorang widyaiswara khususnya selalu berenergi/bersemangat  dalam menyampaikan materi mata pelatihan selain mengkonsumsi makanan yang bergizi dan  banyak minum  air putih. sebagaimana dikemukakan diatas maka perlu diperhatikan juga agar membatasi mengkonsumsi  minuman  yang mengadung kafein. Makanan   yang mengandung kafein misalnya kopi dan teh.Memang    tampaknya  kopi dan teh  dapat membuat tubuh menjadi segar  dan bersemangat berenergi  dalam waktu seketika, akan tetapi jika dikonsumsi  dengan jumlah  yang sangat berlebihan  justru akan  berpengaruh  buruk bagi  kesehatan, misalnya sakit perut, sakit kepala dan sebagainya.

Selain yang disebutkan diatas agar widyaiswara selalu bersemangat/berenergi  dalam menyampaikan materi mata pelatihan didepan peserta pelatihan   maka widyaiswara sangat dianjurkan  mengkonsumsi   vitamin atau suplemen,  yang dapat meningkatkan energi tersebut.  Ada tiga vitamin/suplemen, yaitu  :vitamin zat besi, vitamin D  dan  magnesium. Ketiga vitamin/suplemen  tersebut  merupakan sumber energi yang sangat baik bagitubuh.

b.Istirahat/Tidur Yang Cukup

Istirahat/tidur yang cukup adalah  untuk membangun kembali otot-otot setelah  melaksanakan tugas/kegiatan. Oleh karena itu diharapkan sesibuk apapun seorang widyaiswara melaksanakan aktivitas kewidyaiswaraannya namun  jangan melupakan untuk selalu tidur/istirahat yang cukupm  yaitu   7 sampai 8 jam setiap hari. Karena tidur yan cukup setiap hari  dapat bermanfaat untuk membuat tubuh lebih berenergi/bersemangat  serta membuat otak  lebih untuk berkonsentrasi.  Perlu diperhatikan   untuk selalu tidur dengan jadwal yang sama setiap harinya. Karena hal itu juga dapat bermanfaat  untuk menjadikan tubuh lebih berenergi.

c.Olahraga yang Teratur

Walaupun  kelihatannya sederhana, olahraga dapat bermanfaat untuk meningkatkan energi/semangat tubuh  dan menciptakan suasana hati menjadi lebih baik, sehingga seorang widyaiswara dapat memberikan/menyampaikan  materi mata pelatihan  kepada para peserta pelatihan  dengan sangat baik karena bersemangat, selain itu dengan olahraga yang teratur bisa bermanfaat  untuk menjadikan tubuh menjadi tidak mudah sakit. Untuk mendapatkan  bermacam-macam  manfaat sebagaimana dijelaskan diatas, seorang widyaiswara  tidak perlu  melakukan olah raga yang sulit atau membutuhkan waktu yang lama ataupun olah raga yang membutuhkan biaya yang banyak, maka lakukan  olahraga  yang ringan-ringan/mudah  saja, misalnya jalan kaki, lari atau jogging  5 sampai 15 menit setiap hai, namun dengan teratur dan disiplin.

Jadi dengan melaksanakan olahraga yang teratur   khususnya dapat  meningkatkan kebugaran tubuh, dan dengan pelaksanaan tepat dan benar dapat mencegah  timbulnta penyakit, tahan terhadap tekanan/stress.  Serta dapat  menambah kepercayaan diri.

d.Sering Mendapatkan Sinar Matahari Pagi

Jika widyaiswara ingin  membuat  tubuh  lebih berenergi/bersemagat  tidak mudah lelah mudah berkonsentrasi, menghindari rasa mengantuk pada waktu mengajar serta membuat  tubuh dapat  segera tidur pada malam hari jangan lupa untuk mendapatkan cahaya/sinar matahari  dipagi hari. Adapun caranya berjemur  dibawah sinar matahari pagi secara langsung, ataupun membuka  jendela kamar, agar cahaya matahari  dapat masuk dengan mudah tanpa penghalang. 

Memperhatikan  dan menjaga kesehatan sangat utama dilakukan oleh widyaiswara,  dan jika widyaiswara sehat  maka sangat bersemangat/berenergi  dalam menyampaikan materi mata pelatihan.  Widyaiswara yang sehat serta bersemangat dalam menyampaikan  materi mata pelatihan akan menarik minat peserta pelatihan untuk belajar dari pembukaan sampai penutupan pembelajaran.

Gambar 1 : Kesehatan Tubuh (sumber koleksi pribadi)

2.4.2.  Kebersihan Tubuh

Kebersihan tubuh benar-benar harus diperhatikan oleh widyaiswara, karena dalam metode/model pembelajaran klasikal peserta melihat langsung fisik widyaiswara.Sebelum memasuki ruang belajar. Yakinkan diri  bahwa rambut tidak kusut/tidak acak-acakan (bersih  tersisir rapi), Raut muka/wajah  bersih tidak kelihatan pucat.  Selain wajah dan rambut  yang tidak kalah pentingnya diperhatikan adalah kebersihan  tangan, jari, kuku, kaki  dan bagian tubuh lainnya. Karena  bagaimanapun bersih raut muka dan rambut dan juga rapi berpakaian tapi  tangan kotor begitupun kuku panjang  dan kotor terkesan tidak terawat dengan baikmaka penampilan tiada artinya. Selain itu yang juga sama harus diperhatikan  atau harus dihindari adalah bau mulut dan bau badan. Mulut  dan tubuh  serta pakaian  berbau  tidak sedap akan mengganggu/mengurangi  nilai penampilan widyaiswara secara keseluruhan.

Guna  menghindari  bau badan, maka upaya yang dapat dilakukan  antara lain adalah :  Tidak banyak  mengkonsumsi  tumbuhan-tumbuhan/buah-buahan  yang berbau keras/menyengat, misalnya  bawang putih, durian, petai dan lain-lain. Untuk menghindari bau mulut, selayaknya senantiasa menjaga  kebersihan mulut dan  gigi serta menghindari  penyakit lambung. Sedangkan  untuk mengatasi bau badan dapat juga menggunakan   parfum atau pewangi badan  namun pilihlah aroma yang tidak menyolok/keras.

Menjaga kebersihan  badan/tubuh ini sangat penting diperhatikan oleh widyaiwara  untuk mendukung keberhasilan kegiatan pembelajaran.  Dengan melihat tubuh widyaiswara  bersih dan sehat  maka  peserta tetap semangat untuk mengikuti pembelajaran/mendengarkan materi yang disampaikan oleh widyaiswara.

Setelah  beberapa  bagian kerbersihan tubuh yang harus diperhatikan oleh seorang widyaiswara, maka berikut ini beberapa cara  yang dapat dilakukan  agar tubuh/badan  tetap bersih  atau  cara menjaga kebersihan badan/tubuh. Adapun caranya sebagai berikut :

a.  Mandi secara teratur

Tujuan mandi adalah  untuk menjaga agar tubuh  tetap segar dan badan  bersih secara menyeluruh. Idealnya  mandi dalam sehari  1 atau 2 kali. Memang tidak ada anjuran jumlah berapa kalimandi  dalam sehari, akan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan  dan aktivitas seseorang.  Mandi satu atau dua kali sehari dapat membantu membuang kelebihan minyak  dan membersihkan  kulit  dari  sel  kulit mati , bakteri , kotoran  dan minyak  yang menyumbat pori-pori.

b.     Membersihkan tangan dengan sabun

Rajin mencuci  tangan menggunakan  sabun tentunya   dapat mencegah  penyebaran virusdan bakteri. Mencuci tangan sangat dianjurkan sebelum  menyantap   makanan, selesai dari kamar mandi, setelah  batuk dan bersin, menyentuh binatang,  memegang sampah dan sebagainya. Jika tidak ada sabun  dan air maka dapat  menggunakan  hand sanitizer

c.  Secara rutin  keramas rambut

Mencuci rambut  dengan cara keramas adalah untuk membersihkan  rambut dan kulit kepala  agar rambut dan kulit kepala bersih dari kotoran  dan bauyang tidak nyaman. Keramasrambut  dianjurkan  dua hingga  tiga kali seminggu. Melakukan  keramas juga  dapat membantu  menghilangkan penumpukan  kulit mati dikulit kepala dan membersihkan  sisa minyak  yang  dapat  mengiritasi kulit.

d.  Rajin  menyikat gigi

Untuk menjaga  kesehatan gigi dan mulut diawali  dengan  cara menyikat gigi dengan cara teratur dan benar  juga waktu yang tepat. Menyikatgigi dianjurkan  minimal 2 kali sehari. Apabila  gigidan mulut  selalu dijaga kebersihannya, maka akan dapat  memutuskan  mata rantai yang menyebabkan  karies serta berbagai penyakit gusidan mulut

e.  Memotong  kuku

Guna tetap menjaga kebersihan  kuku, baik kuku tangan maupun  kuku kaki hendaknya dibersihkan secara rutin. Kuku yang dibiarkan kotor apalagi panjang  akan dapat  meningkatkan   penyebaran  penyakit. Potonglah/guntinglah  kuku yang panjang dan  jugai  membuang   kotoran  yang  terselip disela kuku. Setiap  selesai memotong kuku maka dilanjutkan  dengan mencuci  jari-jari tangan  dan kaki serta   gunting kuku dengan air bersih  dan mengalir.

f.    Mencuci kaki

Kaki merupakan bagian yangsangat  penting dari tubuh, akan tetapi  kaki  biasanya  kurang diperhatikan kebersihannya.  Kakipun  perlu diperhatikan  kebersihannnya  dalam upaya kebersihan  keseluruhan tubuh. Untuk membersihkan khususnya kaki yang  sangat kotor dengan menggunakan sabun dan digosok-gosok disela-sela  jari kaki sampai memang betul-betul bersih. Bila kaki  selalu bersih  cenderung tidak terkena  kutu air, terhindar dari  bau kaki yang tidak sedap, serta permasalahan lainnya.

g.  Membersihkan Telinga

Telinga merupakan alat pendengaran yang merupakan  salah satu pacaindra manusia. Telingapun harus dijaga kebersihannya sama dengan bagian tubuh lainnya, khususnya  kebersihan didalam telinga. Cara terbaik untuk membersihkan telinga khususnya bagian dalam telinga setelah mandi disarankan dengan air hangat, karena  saat itulah  kotoran telinga lembut dan mudah dibersihkan.  Membersihkan khususnya pada bagian dalam telinga  perlu kehati-hatian  agar  tidak melukai  saluran  dan gendang  telinga.

Dengan diuraikan beberapa  cara untuk membersihkan bagian tubuh sebagaimana diatas maka khususnya widyaiswara  dapat menerapkannya, karena  dengan tubuh yang bersih  akan mendukung keberhasilan widyaiswara khususnya dalam hal itu keberhasilan dalam menyampaikan materi pelatihan kepada peserta pelatihan pada metode/model pembelajaran klasikal.

Gambar 2 Kebersihan Tubuh (sumber koleksi pribadi)

2.4.3. Kerapian berpakaian

Pakaian  tidak saja berfungsi  sebagai  pelindung tubuh  dan menutup  bagian tertentu pada tubuh manusia, selain itupakaian mempunyai fungsi lain yaitu  untuk memperindah  diri. Kemampuan seseorang  untuk berpakaian  dengan baik dan tepat akan menampilkan kesan yang positif yang  sangat berhubungan erat  dengan semangat hidup, sehingga dapat menambah kepercayaan hidup. Berpakaian  dengan baik akan menampilkan kepribadian  yang baik juga.

Pada waktu pertama kali seorang widyaiswara masuk keruangan/kelas guna menyampaikan materi pembelajaran mata pelatihan, maka yang pertama kali diperhatikan dan dinilai oleh peserta pelatihan  adalah kerapian berpakaian. Kerapian berpakaian merupakan  salah satu  penilaian peserta pelatihan terhadap widyaiswara.

Pakaian yang dikenakkanoleh widyaiswara pada wakru  kegiatanmetode/model  pembelajaran klasikal  dapat pakaian  bebas pantas dan juga pakaian dinas. Pakaian bebas pantas adalah pakaian yang disenangi oleh  widyaiswara sedangkan pakaian dinas adalah pakaian yang diatur oleh  lembaga tempat widyaiswara atau bertugas yang dikenal  dengan nama  PSH (Pakaian Sipil Harian) dan PSL ( Pakaian  Sipil Lengkap).Pakaian  dinas dan pakaian bebas pantas yang dipakai  oleh widyaiswara harus kelihatan rapi, bersih,  sopan dan serasi, sesuai dengan ukuran tubuh dan juga sesuai model  pakaiannya.

Berpakaian yang rapi, serasi, bersih, sesuai ukuran  dan mode akan menambah percaya diri dan pada akhirnya akan  menampilkan pribadi yang menarik yang mendukung kompetensi  kepribadian widyaiswara. Adapun pakaian dalam pengertian ini termasuk juga sepatu dan kaus kaki.Sepatu  dan kaos kaki harus sesuai dengan  ukuran kaki, sesuai dengan  model  dan warna. Pakaian  dikatakan rapi apabila pakaian yang dipakai   sesuai dengan ukuran tubuh yaitu  tidak terlalu kebesaran  atau kekecilan/ketat serta model pakaian  serasi   dengan bentuk tubuh. Sedangkan pakaianyang sopan adalah pakaian yang dipakai sesuaidengan norma-norma aturan yang berlaku dtempat si pemakai pakain itu.Atau pakaian yang dipakai oleh widyaiswara sesuai dengan aturan di organisasi/lembaga tempat widyaiswara itu bertugas. Pakaian yang bersih adalah pakaian  tidak kotor, tidak kumal dan tidak kelihatan lusu. Pakaian  yang dipakai  oleh widyaiswara rapi, sopan bersih akan menambah kepercayaan  diri widyaiswara tersebut.

Pada waktu widyaiswara memakai  pakaian kedinasan, maka atribut pakaian harus lengkap dan mengikuti  aturan  yang ditetapkan, dan juga kalau memakai pakain dinas tidak berkesan   menakutkan  sehingga  suasana pembelajaran tidak kaku. Selain pakaian harus rapi, bersih dan sopan , maka pakaian harus lengkap. Lengkap artinya tidak ada kancing yang lepas, tidak ada noda yang menempel. Untuk pakaian yang bebas pantas maka tetap  memperhatikan kerapian dan kesopanan .

Guna  menambah kelengkapan  pakaian  maka dapat juga ditambahkan aksesoris. Namun aksesoris yang digunkan  memang harus menyepurnakan penampilan, jangan terlalu berlebihan  atau bertentangan dengan  aturan/norma yang berlaku. Aksesoris  lainnya yang penting bagi widyaiswara wanita atau pria adalah jam tangan,seharusnya  menempel  tepat dipergelangan tangan.

Adapun hal-hal yang  harus diperhatikan  oleh widyaiswarsa agar pakaian yang digunakan  mendukung kesempurnaan penampilan yaitu :

a.  Rencanakan  pakaian yang  akan digunakan  pada setiap  hari kerja, khususnya  rencana pakaian  yang dipakai pada metode/model pembelajaran klasikal dikelas, setrika pakaian dengan rapi. Karena kalau  tidak direncanakan atau dipersiapkan  akan terkesan tidak ada persiapan, tidak sungguh-sungguh  dalam melaksanakan tugas khususnya kegiatan penerapan metode/model pembelajaran  klasikal.

b.  Pakaian harus diserasikan  baik warna mapun bentuknya, dan diusahakan sesuai warna kulit begitupun dengan sepatu, tali pinggang  hendaklah disesuaikan  dengan pakaian  yang dipakai.

c.      Periksa kesempurnaan  berpakaian, apakah kancingbelum   terpasang semua, kerah baju  masih terlipat kedalam  dan lain sebagainya.

d.  Kelengkapan pakaian atau aksesoris perlu disesuaikan, boleh digunakan,  namun tidak berlebih-lebihan. Misalnya  kalau memakai dasi jangan lupa penjepitnya. Janganlah  menggunakan  banyak perhiasan  yang akan mengganggu, misalnya gelang-gelang yang banyak sehingga kedengaran suara  gemerincing, intan berlian  yang berkilauan    dan sebagainya

Gambar 3 kerapian berpakaian (koleksi pribadi)

2.4.4.  Posisi widyaiswara waktu menyampaikan materi pembelajaran

Sebetulnya tidak ada  aturan tertulis  yang mengatur  bagaimana   posisi widyaiswara pada saat  menyampaikan materi mata pelatihan pada metode/model pembelajaran klasikal. Namun demikian posisi   harus diperhatikan oleh widyaiswara, karena akan mempengaruhi hasil pembelajaran, oleh karena itu widyaiswara harus menempati posisiyang strategis, agar semua  peserta pelatihan dapat  melihat secara langsung widyaiswara.

Mengajar/menyampaikan materi mata pelatihan  tidak hanya duduk  atau berdiri disatu tempat saja, namun sebaiknya   merubah posisi. Dari  posisi duduk dikursi, selanjutnya berdiri, kemudian  berjalan kekanan, kekiri, kedepan  dan  ke belakang namun tidak berlebih lebihan (sesuai dengan kepentingan dalam menyampaikan materi mata pelatihan). Melalui  berbagai  posisi yang demikian maka pembelajaran akan berlangsung komunikatif. Jika   posisi widyaiswara hanya duduk saja atau berdiri saja dalam  menyampaikan  mata pelatihan  maka pembelajaran menoton/kaku. Pada  waktu  widyaiswara duduk dikursi  maka duduklah dengan mantap sambil menatap semua peserta pelatihan. Begitupun  pada waktu widyaiswara berdiri, maka berdirilah dengan tegap tidak kelihatan lesu/lemah. Jadi pada prinsipnya  pada waktu  menyampaikan materi pembelajaran mata pelatihan,  widyaiswara dipersilahkan  untuk berdiri, duduk,  berjalan kekiri, kekanan, kebelakang maupun kedepan, namun janganlah   bergeraknya  terlalu sering/berlebihan  sehingga  kepala-kepala  peserta pelatihan berputar-putar untuk mengikuti dimana posisi widyaiswara.

Posisi  widyaiswara dalam menjelaskan  materi  mata pelatihan ada kalanya menulis di papan tulis,ketika widyaiswara menulis dipapan  tulis    usahakan  agar widyaiswara  tidak membelakangi  peserta pelatihan. Jika  widyaiswara sering  apalagi  lama membelakangi  peserta pelatihan maka   akan memberikan  peluang peserta  pelatihan   untuk ngobrol atau  membuat kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan  materi pembelajaran. Kemudian perlu disampaikan disini bahwa pada  saat berbicara dengan peserta pelatihan diharapkan mata  widyaiswara  tertuju atau menatap peserta pelatihan. Jadi waktu berbicara   dengan peserta pelatihan   janganlahmata  widyaiswara menatap kemana-mana karena kalau  menatap kemana-mana  tidak  menatap mata peserta pelatihan itu artinya tidak menghormati atau menghargai peserta pelatihan.

Berikut ini adalah  hal-hal  yang mendukung  keberhasilan  widyaiswara yang terkait dengan posisi  waktu widyaiswara menyampaikan materi   mata pelatihan, yaitu :

a.  gerakan gerakan  yang dilakukan  adalah gerakan  natural  janganlah gerakan dibuat-buat.

b.  duduk dan berdirilah   dengan mantap jangan  kelihatankaku dan lesu

c.   usahakan  jangan banyak  membaca catatan, karena kalau  membaca catatan artinya  pandangan  tidak  kepada peserta pelatihan

d.  lihat  keseluruhan  peserta janganlah  hanya  berfokus  kepada salah seorang peserta.

e.  Bergeraklah secara teratur, perlahan-lahan  jangan terburu-buru, lihatlah  kepada peserta.

f.    Posisi  tangan  didepan  sebagai  tanda siap bertindak.

g.  Jangan memasukkan   tangan kesaku, dibelakang atau menyilangkan  tangan.

h.  Tampilah  dengan tenang

Selanjutnya  perlu disampaikan   disini  pada waktu  berbicara kadang-kadang suara widyaiswara  kecil/lemah  sehingga  tidak  dapat didengar  secarajelas oleh peserta pelatihan, khususnya  peserta pelatihan   yang duduk  diposisi palingbelakang. Untuk itu widyaiswara harus menggunakan mikrofon. Menggunakan  mikrofon  juga ada caranya, yaitu  arah mikrofon  dengan mulut tidak boleh terlalu dekat  jaraknya, yang baik adalah  lebih kurang  10 cm. mulailah  berbicara jika  posisi mulut sudah menghadap mikrofon   dan palingkan  kepala dan mikrofon   jika batukdan mendehem.

Gambar 4 Posisi strategis widyaiswara dapat dilihat olehseluruh peserta pelatihan (koleksi pribadi)

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Dari uraian pembahasan di atas  maka dapat disimpulkan

a. Widyaiswara adalah   PNS  yang diberi tugas, tanggung-jawab,  wewenang dan hak secara penuh untuk melaksanakan kegiatan pelatihan, pengembangan pelatihan, dan penjaminan mutu pelatihan dalam rangka pengembangan kompetensi yang berkedudukan  di lembaga penyelenggara  pelatihan pada instansi pemerintah. 

b.Metode/model pembelajaran klasikal  adalah  aktivitas kegiatan  tenaga pengajar beserta peserta belajar dalam kelompok besar didalam  kelas secara bersama-sama dengan peserta belajar yang banyak.

c.Tugas jabatan fungsional  widyaiswara ada dua, yaitu : tugas pokok dan Tugas  kegiatan pengembangan  profesi dan penunjang jabatan fungsional

d.Penampilan yang harus diperhatikan widyaiswara ketika menerapkan metode/model  pembelajaran klasikal (classroom) adalah :

1.Kesehatan tubuh

2.Kebersihan tubuh

3.Kerapian berpakaian

4.Posisi widyaiswara pada waktu menyampaikan  materi pembelajaran

3.1  Saran

Kepada pembaca  khusususnya yang akan menyampaikan materi pembelajaran metode/model klasikal (classroom) diharapkan  memperhatikan kesehatan tubuh, kebersihan tubuh, kerapian berpakaian dan posisi  pada waktu  menyampaikan   materi pembelajaran.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Penulis: 
Drs. Gunawan, MM - Widyaiswara Ahli Madya BKPSDMD
Sumber: 
BKPSDMD

Artikel

18/07/2017 | Abdul Sani, S.Pd.I - Widyaiswara Muda pada BKPSDMD Babel
430,456 kali dilihat
20/11/2017 | Syanti Gultom, A.Md - Dinas Koperasi, UKM
381,931 kali dilihat
07/11/2018 | Jimmy Arief Saud Parsaoran, S.T. - Prakom Pertama BKPSDMD
229,209 kali dilihat
31/08/2018 | Jimmy Arief Saud Parsaoran, S.T. - Prakom Pertama BKPSDMD
202,112 kali dilihat
07/12/2017 | Herru Hardiyansah, S.Kom. - Prakom Muda BKPSDMD
138,067 kali dilihat