Meski Sulit Untuk Menyamai Kartini, Inilah Yang Harus Dilakukan Perempuan Masa Kini

SINERGISITAS PEREMPUAN DALAM ERA GLOBALISASI

Beberapa tahun belakang ini, kita sudah bisa melihat kemajuan yang dimiliki para perempuan di Indonesia dalam berbagai bidang, salam satunya adalah bidang pekerjaan yang dalam indikasinya memiliki kedudukan tinggi dibanding kaum laki-laki. Berbagai pekerjaan dan jabatan yang dilakukan seperti pilot, dokter, direktur, supir busway bahkan hingga ojek online.

“Semua ini dilakukan karena adanya emansipasi yakni sebuah usaha untuk menyatakan hak politik dan persamaan derajat”

Emansipasi dalam era globalisasi ini mensejajarkan kaum perempuan dengan laki-laki dari berbagai bidang, perempuan tidak hanya bekerja dilingkungan rumah dan mengurus suami, namun aktif dalam bidang politik, sosial dan ekonomi. Jika mendengar kata emansipasi tak luput pikiran kita tertuju pada sosok pejuang perempuan yang membela hak-hak wanita dan menjadi symbol perjuangan wanita Indonesia, tak lain adalah R.A Kartini.

Jika melihat sejarah emansipasi telah dilakukan oleh R.A kartini yang dimana beliau memperjuangkan hak-hak wanita salah satunya dalam bidang pendidikan, seperti yang kita telah ketahui, dahulu pendidikan hanya di prioritasnya untuk kaum lelaki saja, karena wanita memiliki kodrat untuk mengurus rumah tangga dan anak-anak. Akibat diskriminasi tersebut R.A Kartini menindak dan menuntut hak wanita untuk menerima pendidikan juga seperti kaum lelaki.

Karena kita sepakat bahwa pendidikan berhak diterima oleh semua jenis kelamin dan semua pekerjaan. Dengan meniadakan pendidikan bagi kaum perempuan, maka rusaklah peradaban sebagaimana kita tahu bahwa wanita adalah madrasah untuk anak-anaknya kelak.

Namun, belakang ini terjadi paham feminisme, dimana paham ini mengaku untuk memperjuangkan hak wanita, tapi nyatanya malah menjauhkan wanita dari kodratnya.

Paham feminisme berakibat merusak adab perempuan, dimana dalam paham ini perempuan benar-benar menurut hak yang penuh dan sama seperti apa yang dilakukan laki-laki tanpa adanya batasan, atau yang disebut kesetaraan gender. Mereka juga mengkritis bahwa Hukum Islam tidak adil, dimana dalam pembagian harta warisan perempuan hanya mendapat setengahnya dari hak warisan laki-laki, padahal jika ditelaah lebih lanjut, pembagian itu untuk menghormati wanita, dimana wanita dulu kehidupannya ditanggung oleh wali (bapak) saat sebelum menikah, dan setelah menikah akan dinafkahi oleh suaminya.

Jika melihat kenyataan tersebut, sebenarnya wanita tidak ada tanggung jawab untuk menafkahi siapapun, namun dalam hukum islam, wanita tetap mendapatkan warisan tersebut. Walaupun warisan itu hanya setengah dari kaum lelaki, dan kaum lelaki yang mendapatkan warisan lebih banyak, itu semua terjadu pun akhirnya untuk menafkahi wanita (istri) nya kembali.

Paham feminisme ini semakin lama semakin parah, dan emansipasi diartikan sebagai 'kebebasan' dalam memperoleh hak, bahkan yang bukan 'lahannya' untuk merasa 'diakui. Dan emansipasi di jadikan ajang kontes kecantikan, dengan tameng menguji kecerdasaan namun, kecerdasaan apa yang menampilkan wanita dengan balutan baju seksi dan wajah mempesona?

Dan menjual 'nilai' kecantikan, pendidikan dan pekerjaan, sebagai bentuk sosial yang mana malah membuat wanita hancur derajatnya dimata kaum lelaki.

“Ah, jikalau R.A kartini sekarang masih hidup dan melihat kejadian ini beliau pasti akan menangis karena kita salah mengartikan emansipasi, lantas bagaimana cara menghindari diri dari suatu paham feminisme ini?”

Sebagai umat Islam, hal pertama yang harus kita lakukan adalah memperkokoh keimanan kita, berusaha terus mempelajari agama, dalam Islam perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan yang sama, apabila dua-duanya berbuat kebaikan maka akan mendapat kebaikan juga dari Allah, tidak akan pembedan. Seperti yang tercantum dalam Q.s An nahl 97: yakni "Siapa saja perempuan dan laki-laki yang beramal sholeh dan beriman, niscahya kami memberikan kehidupan yang baik".

Hal ini berarti dalam Islam tidak ada pembedaan, dan berhak atas pekerjaan, ataupun pendidikan. Adapun yang tidak bisa disamakan adalah jenis kelamin (gender), dimana ini adalah menyangkut fitrah baik laki-laki ataupun perempuan tidak bisa saling menggantikan.

Upaya untuk memahami agama ini dilakukan oleh keduanya wanita ataupun laki-laki. Jika tidak ada pembeda seperti yang diajarkan agama Islam, maka paham feminisme ini kan lemah, bahkan hilang sama sekali. Dengan adanya permasalah diatas bahwa emansipasi diawal adalah sebuah kemajuan, namun diakhir berbanding terbalik yakni malah merusak adab. Wanita sehausnya bisa menyadari fitrahnya, dan bisa menjadi wanita yang cerdas dalam mengatur dan mengurus keluarga, jika ia ingin berkarir, mkaa berkarirlah namun dengan izin dan batasan suami, dan suami yang kewajibannya adalah mengayomi istri juga anak-anaknya, tak lupa untuk mengingatkan, mengegur atau bahkan memberi nasihat jika tindakan istri salah atau keluar dari batasan.

Sesuatu yang terjadi, selalu ada dampak negatif maupun positif. Tak memungkiri banyak pula dampak positif karena adanya emanispasi, salah satunya wanita sekarang memiliki pendidikan yang tinggi, dan bebas dalam melakukan hal-hal positif lainnya, namun tetap tidak melupakan fitrahnya sebagai perempuan.

 

Although It's Difficult To Match Kartini, This Is What Today's Women Must Do

SYNERGISITY OF WOMEN IN THE ERA OF GLOBALIZATION

In the past few years, we have been able to see the progress that women in Indonesia have in various fields, the other greeting is the field of work which has a higher position than that of men. Various jobs and positions are carried out such as pilots, doctors, directors, busway drivers and even online motorcycle taxis.

"All this is done because of the emancipation of an effort to express political rights and equality"

Emancipation in this era of globalization aligns women with men from various fields, women not only work at home and take care of their husbands, but are active in the political, social and economic fields. If you hear the word emancipation, your mind is not escaped by a female warrior who defends women's rights and is a symbol of Indonesian women's struggle, none other than R. Kartini.

If you look at the history of emancipation carried out by RA Kartini, in which he fought for women's rights one of them in the field of education, as we already know, education was only prioritized for men only, because women have the nature to take care of households and children - child. As a result of the discrimination R.A Kartini took action and demanded the right of women to receive education as well as men.

Because we agree that education has the right to be accepted by all sexes and all occupations. By eliminating education for women, civilization is damaged as we know that women are madrasas for their children later.

However, behind this happened the notion of feminism, where this notion claimed to fight for women's rights, but in fact it kept women away from their nature.

The notion of feminism results in damaging women adab, where in this understanding women really are according to full rights and the same as what men do without any limitations, or what is called gender equality. They also criticize that Islamic law is unfair, in which the distribution of women's inheritance only gets half of men's inheritance rights, even though if it is examined further, the division is to respect women, where the woman's life was borne by the guardian (father) before marriage , and after marriage will be supported by her husband.

If you see this fact, actually women have no responsibility to provide for anyone, but in Islamic law, women still get the inheritance. Even though the inheritance is only half of the men, and the men who get more inheritance, it all goes finally to provide the woman (wife) back.

The notion of feminism is getting worse and worse, and emancipation is defined as' freedom 'in obtaining rights, even those that are not' the land 'to feel' recognized. And emancipation is used as a beauty contest, with shields testing intelligence, but what intelligence shows women with sexy clothes and charming faces?

And sell the 'value' of beauty, education and work, as a social form which in turn makes women crumble in the eyes of men.

"Ah, if R.A kartini is still alive and seeing this incident, he will surely cry because we misinterpret emancipation, then how do we avoid this feminism?"

As Muslims, the first thing we have to do is strengthen our faith, try to continue to study religion, in Islam women and men have the same position, if both do good then they will get good also from Allah, will not dissect. As stated in Q. An Nahl 97: namely "Who are the women and men who are pious charity and believers, but we will give a good life".

This means that in Islam there is no distinction, and is entitled to work, or education. As for what can not be equated is gender (gender), where this is concerning the nature of both men and women can not replace each other.

Efforts to understand this religion are carried out by both women and men. If there is no differentiation as taught by the Islamic religion, then understanding feminism is weak, even lost altogether. With the problem above, that early emancipation is a progress, but in the end it is inversely proportional, which is actually damaging adab. Women should be able to realize their nature, and be able to be a smart woman in organizing and managing a family, if she wants a career, if she has a career but with permission and limitations of her husband, and a husband whose obligation is to protect his wife and children, do not forget to remind, reprimand or even give advice if the wife's actions are wrong or out of bounds.

Something that happens, there is always a negative or positive impact. There is no denying that there are also many positive effects because of emancipation, one of which is that women now have high education, and are free to do other positive things, but still do not forget their natural disposition as women.

Penulis: 
A.A.Putri Sri Nuriza Ch.Ch- Calon Prakom Pelaksana Pemula
Sumber: 
BKPSDMD

Artikel

18/07/2017 | Abdul Sani, S.Pd.I - Widyaiswara Muda pada BKPSDMD Babel
436,335 kali dilihat
20/11/2017 | Syanti Gultom, A.Md - Dinas Koperasi, UKM
413,817 kali dilihat
07/11/2018 | Jimmy Arief Saud Parsaoran, S.T. - Prakom Pertama BKPSDMD
233,786 kali dilihat
31/08/2018 | Jimmy Arief Saud Parsaoran, S.T. - Prakom Pertama BKPSDMD
204,869 kali dilihat
07/12/2017 | Herru Hardiyansah, S.Kom. - Prakom Muda BKPSDMD
141,569 kali dilihat