Bingkai Pindidikan dan Pelatihan di Revolusi 4.0

Melihat frame dunia pendidikan dan pelatihan  di tengah pandemi COVID-19 ini siap atau tidak, membuka mata publik khususnya lembaga pengembangan pegawai, berpikir kreatif dan adaptif dengan mengubah model kegiatan belajar mengajar yang semula berbasis klasikal tatap muka menjadi pembelajaran berbasis e-learning. Saat ini momentum untuk membuat terobosan baru, dengan memanfaatkan teknologi dalam setiap kegiatan proses belajar mengajar (KBM). 

Pendidikan yang dikonvergensikan dengan teknologi tentunya akan terwujud kontruksi pendidikan digital. Massivenya pembelajaran online, sebagai indikator revolusi 4.0 telah memasuki dimensi pendidikan. Dunia sedang terjadi evolusi teknologi  yang cepat, tentunya ini membawa perubahan yang signifikan terhadap tatanan kehidupan bermasyarakat. Keberadaan Teknologi Informatika dan Komunikasi menciptakan nilai baru dalam strategi masa depan, seiring dengan bermunculan teknologi digital seperi IoT,Big Data,  Artificial Intelgensi, Block Chain, Machine Learning.

Peran digital semakin meningkat pada masyarakat dunia, pada tahun 2020 pengguna internet secara global terdata telah lebih dari 4,54 milyar , meningkat  7% dibandingkan tahun 2019.  Pengguna media sosial sebanyak 5,19 milyar sebagai pengguna smartphone dan sebanyak 3.80 milyar sebagai pengguna media sosial, dan kita hampir menggunakan aplikasi internet dalam berbagai aktivitas kehidupan, seperti bersosial atau berteman, bersantai, bermain, belajar, berolahraga, informasi, keuangan hingga menemukan pasangan (Kemp, 2020).

Bagaimana dengan Indonesia, menurut data (Hootsuite, 2020) dengan populasi penduduk indonesia berjumlah 272, 1 juta orang, ada pengguna handphone sebanyak 338,2 juta yang melebihi jumlah penduduk indonesia, sehingga rata rata 1 jiwa penduduk indonesia memiliki lebih dari satu handphone. Indonesia memiliki waktu selama 07 jam 59 menit perhari menggunakan internet. Dengan 4 jam 41 menit menggunakan mobilephone. Penduduk indonesia menggunakan waktu selama 3 jam 26 menit berinterkasi dengan media sosial, dengan peringkat ke 3 dunia yang memiliki akun sosial media terbanyak. Indonesia juga pengguna aplikasi terbesar, untuk aplikasai chatting dan aplikasi social network  masing masing sebesar 89 %.

Seiring dengan revolusi industri, kini berhadapan dengan semakin menipisnya sumber daya alam, kesenjangan ekonomi, angka kemiskinan yang tinggi. Menurut (Fukuyama, 2018) memanfaatkan teknologi informatika dan komunikasi untuk menyelesaikan masalah di masyarakat, memberikan kehidupan yang baik dan kemakmuran, sejalan dengan 17 tujuan Suitainable Development Goals (SDGs)  terutama yaitu quality education.   

Revolusi industri 4.0 dengan karesterstik digitalisasi, konektivitas dan otomatis memberi perubahan pada setiap orang beraktivitas. Bergeseran industri 4.0 ke otonom dikenal dewasa ini dengan society 5.0 (Aoki, Nakamura, & Yuminaka, 2019), society 5.0 menurut (Sudibjo, Idawati, & Harsanti, 2019) memiliki ciri teknologi informasi dan komunikasi memiliki peran penting, berpusat pada komunitas dengan partisipatif kepada masyarakat, memiliki nilai yang sama dan bisa mengikis perkembangan ekonomi. Menurut (Hamilton, 2020) society 5.0 dikenal sebagai super smart society dengan visi masyarakat melalui integritas teknologi pada setiap aktivitas kehidupan sehari hari, yang menciptakan nilai dan layanan secara suitanable untuk memberikan manfaat, dengan menggunakan  fasilitas dari revolusi 4.0.

Tantangan revolusi pendidikan 4.0 harus dihadapi, siap untuk beradaptasi menerima setiap perubahan. Pemanfatan Internet of Thing (IoT) dan Artificial Intelgensi didunia pendidikan. Fakta penomena belajar digital saat ini menurut (Sudibjo et al., 2019) pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dengan diarahkan pada guru. Dengan model pembelajaran pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran kolaboratif.

Revolusi Pendidikan E-Learning

Mengutip Pembelajaran berbasis internet dikenal pada tahun 1994 yang menggunakan web based. Proses belajar dengan alat media website yang cuma pada aktivitas  membaca dan berdiskusi yang diakses dengan internet, biasa dikenal dengan pembelajaran jarak jauh. Berbeda dengan cara tradisional tatap muka di kelas. Web based itu sendiri mempunyai karesteristik seperti interaktivitas, kemandirian, aksesbilitas, pengayaan dengan menyisipkan video.

Tahap kedua pembelajaran adalah e-learning yang dikenal pada tahun 2001, merupakan pengembangan dari web based learning. namun tidak menyempitkan pemahaman dari elearning. Mengutip The American Society for Training dan Development tentang difinisi elearning bahwa elearning merupakan kegiatan menerapkan pembelajaran berbasis web, berbasis komputer, virtual,  dan kolaborasi media digital. Materi disampaikan dengan media internet, video, audio, satelit. Bahkan elearning yang mengaplikasikan kegiatan komunikasi, pendidikan dan pelatihan (Hasan, 2014).

Selanjutnya adalah Massive Open Online Course (MOOC) sebuah konsep e-learning dengan media web dikenalkan pada tahun 2008. Mooc itu sendiri metode pembelajaran jarak jauh dalam skala lebih luas, yang mana ada banyak jurusan atau bidang kursus yang ditawarkan. Seperti IndonesiaX contoh model MOOC yang menawarkan banyak kursus. Karena disediakan oleh lembaga –lembaga pendidikan yang resmi sehingga bisa memperoleh sertifikat sebagai bentuk legal kompetensi. Dan menjadikan pilihan bagi masyarakat saat ini.

Kemudian yang baru adalah Mobile learning yang mengadopsi perkembangan teknologi Informatika dan komunikasi dengan perangkat smartphone. Berbeda dengan yang lain, M-Learning menggunakan smartphone sebagai model pembelajaran. (Warsita, 2018) menyebutkan media kecil yang mobile untuk mengakses konten pembelajaran yang tersimpan dan mudah terjangkau untuk berinterkasi baik suara, video, image, dan gerak  secara langsung ataupun tidak langsung. Malaupun memiliki keterbatasan dibandngkan dengan web based learning yang lain seperti fungsi yang terbatas , ukuran layar kecil dan papan keyboard yang kecil.  Pengambangan terhadap M-Learning dewasa ini sudah sangat luas, dengan aplikasi yang digunakan di smartphone seperti MOMO, MLE, ReadyGo (Warsita, 2018) menjadikan pembelajaran M-Learning semakin interaktif.

Disrupsi Pendidikan dan Pelatihan

Bagaimana dengan kondisi lapangan, mampukah kita beradaptasi. Bersaing dengan teknolgi digital yang mampu memberikan akses dan transfer pengetahuan pada skala yang sangat luas. Pendidikan adalah “proses transfer pengetahuan yang terjadi dua dimensi, di ruang kelas antara pelajar dengan pengajar/narasumber, di luar kelas antara pelajar dengan lingkungan.  

Namun adanya teknologi digital pendidikan akan berubah, munculnya disrupsi pendidikan seperti ungkapan (Ohoitimur, 2018) “perguruan tinggi tidak hanya mengadopsi layanan adminitrasi dan efesiensi pengajaran, namun mampu memenuhi permintaan dan kebutuhan pengguna yakni memiliki akses luas materi dan hadirnya kursus secara online”. Ada salah satu tantangan disrupsi pendidikan yakni adalah penyampaian pengajaran di depan kelas. Materi yang biasa disampaikan oleh narasumber akan sangat mudah digantikan dengan teknologi (Hutapea, 2019). Setiap kebutuhan akan pengetahuan akan terpenuhi oleh kecerdasan digital.

Masa ini adalah titik kritis kecemasan pada saat ketergantungan manusia terhadap teknologi internet yang bersamaan hadirnya IoT, machine learning, big data. Semua kebutuhan manusia bisa terpenuhi dalam satu tangan. Disrupsi pengajaran konvesional pada peserta pendidikan dan pelatihan akan digantikan pengajaran materi melalui ebook, ejurnal, atau youtube. Dan semua bisa digantikan oleh pembelajaran dengan MOOC. Seperti yang dikatakan Prof. Clayton Christensen bahwa 50% dari seluruh universitas di AS akan bangkrut dalam 10-15 tahun ke depan.” Penyebabnya, karena universitas-universitas itu terdisrupsi oleh beragam terobosan inovasi seperti online learning dan MOOCs (Massive Online Open Courses) (Yuswohadi, 2019).

Banyak aplikasi yang bisa memberikan pelayanan, pelayanan pembelajaran seperti contoh platform youtube yang memberikan pengetahuan segala informasi video dan audio hanya dengan menyebutkan keinginan dari pengguna.

Narasumber tidak siap di era disrupsi tentunya akan berakibat musibah pada peserta, cara menghindari adalah dengan tetap uptodate (Kuswantoro, 2017). Teknologi pendidikan 4.0 menjadi peluang bagi pengajar, narasumber tentunya bagi yang kreatif dan inovatif. Pada saat teknologi tidak mampu masuk pada dimensi sosial, emosional, perilaku dan psikologi. Disini peran narasumber atau widyaiswara menjadi sangat penting (Suda, 2019).

Nasdim makarim menyakini teknologi adalah pendukung dari proses pembelajaran di dalam kelas utk meningkatkan kualitas pembelajaran di ruangan. Dengan Teknologi akan bermanfaat terhadap effesien pada waktu-anggaran, adanya transpransi, fleksibel akses pengetahuan, tempat dan adanya objektivitas individu dalam memilih pengetahuan secara tematik. Menurut Rhenal Kasali pengetahuan diperoleh dari adanya interaksi dengan peer group, pendidikan juga perlu sensor motorik untuk mensimulasi pengetahuan, adanya proses eksploratif dan kolaborasi.

Dan tentunya peran sentral secara holistik pendidikan tetap ditangan pengajar, semoga saja widyaiswara memahami hal tersebut sehingga peran widyaisrawa tetap exist di era disrupsi ini.

 

Daftar Pustaka.

Aoki, Y., Nakamura, K., & Yuminaka, Y. (2019). Science Education for Society 5 . 0. 2019(Ictss), 6–8. Retrieved from http://www.mext.go.jp/a_menu/shotou/zyouhou/detail/1375607.htm

Fukuyama, M. (2018). Society 5.0: Aiming for a New Human-centered Society. Japan SPOTLIGHT, 27(August), 47–50. Retrieved from http://www8.cao.go.jp/cstp/%0Ahttp://search.ebscohost.com/login.aspx?dir...

Hamilton, K. (2020). The Future of Education: Preparing for Society 5.0. Retrieved November 26, 2020, from Medium.com website: https://medium.com/@kathleenhamilton/the-future-of-education-preparing-f...

Hasan, C. (2014). Konsep E-Learning.

Hootsuite. (2020). Digital 2020 - We Are Social. Retrieved November 25, 2020, from wearesocial.com website: https://wearesocial.com/digital-2020

Hutapea, E. (2019). Tiga Tantangan Pendidikan Era Disrupsi Teknologi, Apa Saja ?

Kemp, S. (2020). Digital 2020: 3.8 billion people use social media - We Are Social. Retrieved November 25, 2020, from wearesocial.com website: https://wearesocial.com/blog/2020/01/digital-2020-3-8-billion-people-use...

Kuswantoro, A. (2017). Guru Menyambut Era Disrupsi.

Ohoitimur, J. (2018). Tantangan bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Peluang bagi Lembaga Pendidikan Tinggi. Respons, 23(02), 143–166.

Suda, I. ketut. (2019). Paradigma Pendidikan 4.0 Ancaman atau Peluang.

Sudibjo, N., Idawati, L., & Harsanti, H. G. R. (2019, December). Characteristics of Learning in The Era of Industry 4.0 and Society 5.0. 276–278. Atlantis Press. Retrieved from https://www.atlantis-press.com/article/125925095

Warsita, B. (2018). Mobile Learning Sebagai Model Pembelajaran Yang Efektif Dan Inovatif. Jurnal Teknodik, 14(1), 062. https://doi.org/10.32550/teknodik.v14i1.452

Yuswohadi. (2019). Nadiem dan Disrupsi Pendidikan Kita.

Penulis: 
Atpriatna Utama, S.IP., M.M - Widyaiswara Madya BKPSDMD
Sumber: 
BKPSDMD

Artikel

18/07/2017 | Abdul Sani, S.Pd.I - Widyaiswara Muda pada BKPSDMD Babel
431,694 kali dilihat
20/11/2017 | Syanti Gultom, A.Md - Dinas Koperasi, UKM
393,867 kali dilihat
07/11/2018 | Jimmy Arief Saud Parsaoran, S.T. - Prakom Pertama BKPSDMD
232,413 kali dilihat
31/08/2018 | Jimmy Arief Saud Parsaoran, S.T. - Prakom Pertama BKPSDMD
203,597 kali dilihat
07/12/2017 | Herru Hardiyansah, S.Kom. - Prakom Muda BKPSDMD
139,535 kali dilihat