Siapa yang tak mengenal game onlinesaat ini. Anak kecil hingga dewasa, atau siapapun mereka yang menggunakan gadget canggih seperti smartphone atau ponsel yang berbasis online pasti pernah nge-game. Paling tidak bermain offlinesaat tidak tersambung dengan jaringan internet.
Sebut saja Hay Day, Candy Crush Saga, dan Clash of Clans yang dulu pernahbooming. Mungkin sampai sekarang permainan tersebut masih terus dimainkan oleh para penggemar setianya. Bahkan ada yang sampai bertransaksi memperjualbelikan akun/account game yang sudah berada di level tinggi demi memuaskan hasrat para gamers. Ada juga yang berlaku curang seperti memasukkancheat pada aplikasi game ketika sedang bermain.
Dramatis memang. Namun inilah efek perkembangan teknologi yang secara tak sadar menyeret penggunanya untuk ikut arus dan trend yang sedang berlaku. Alasannya hanya agar ‘nyambung’ ketika sedang mengobrol dengan teman atau kerabatnya. Dan saat ini, muncul lagi satugame yang sedang naik daun. Pokemon Go. Walaupun memang belum rilis secara resmi di Indonesia, game ini sangat diminati oleh anak-anak, remaja bahkan orang dewasa.
Antusiasme penggemar game terhadap game yang satu ini, sungguh luar biasa. Game ini, menyatukan antara dunia nyata dengan virtual. Menggunakan GPS sebagai penuntun utama dan penggunaan data internet tentunya. Para pemain diminta untuk mencari monster-monster dalam dunia game yang tersebar di berbagai perjuru tempat. Dibuatlah beberapa titik-titik pemberhentian (Poke Stop) sebagai tempat ‘nongkrong’ si monster. Ada juga peralatan-peralatan yang digunakangamers untuk memancing para monster agar keluar dari tempat persembunyiannya. Semakin besar dan semakin banyak monster yang terkumpul, maka akan semakin naik level sang pemain. Game ini, secara tak langsung ‘memaksa’ para pemainnya untuk terus tetap bergerak kesana kemari untuk menemukan para monster. Berburu monster ke seluruh penjuru dunia mungkin saja dilakukan para gamers demi mencapai level tertinggi.
Seru! Tetapi, para pemain kadang menjadi lupa diri, lupa waktu, dan lupa tempat. Sudah banyak kejadian buruk karena game ini. Misalnya ada yang cedera dan tercebur ke air karena berjalan mengejar si monster. Ia tak menyadari kalau sudah berada di ujung dermaga. Ada yang mendadak berhenti di tengah jalan ketika sedang berkendara, atau ada juga yang mengejar monster Pokemon hingga ke perempatan jalan yang ramai.
Mereka lupa ada bahaya menanti di depan mata jika mereka tak waspada. Bahkan mungkin lebih dari itu, bisa jadi mengancam pertahanan dan keamanan negara ini. Hingga jajaran petinggi negara ini pun segera bertindak preventif dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor: B/2555/M.PANRB/07/2016 tentang Larangan Bermain Game Virtual Berbasis GPS (Global Positioning System) di Lingkungan Instansi Pemerintah tanggal 20 Juli 2016 oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia. Edaran ini, ditujukan kepada para Menteri Kabinet Kerja, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Negara RI, Jaksa Agung RI, Kepala Badan Intelijen Negara, Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Para Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Negara, Para Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Non Struktural, Para Gubernur se-Indonesia, dan Para Bupati/Walikota se-Indonesia serta seluruh ASN (Aparatur Sipil Negara) se-Indonesia. Walaupun tetap ada yang berkelit menyatakan bahwa surat edaran itu hanya untuk kalangan ASN.
Pokemon Go, menghibur sudah pasti. Namun, harus mereka pahami juga, bermain secara berlebihan akan mengarahkan seseorang pada pergeseran kondisi psikis dan sosiologis. Hampir semua waktu, isi pikiran dan pembicaraan seolah terhipnotis hanya berkutat pada game ini. Seseorang kadang menjadi cenderung tertutup dengan lingkungannya. Keluarga, pelajaran, dan pekerjaan diabaikan demi naik level.
Memang, tak ada yang melarang untuk bermain di waktu senggang. Mendapatkan kesenangan adalah hak asasi seseorang. Tapi, waspada dan membatasi diri sangatlah penting, terlebih fungsi mendidik dari game tersebut yang terbilang sedikit, atau mungkin tak ada sama sekali.
Dengan berkembangnya zaman yang membawa kita pada kemajuan di berbagai bidang termasuk teknologi, hendaknya kita tidak malah menjadi manusia terbelakang. Jangan mau diperbudak oleh teknologi. Malah hendaknya kita jadikan teknologi itu alat untuk memajukan akal, peradaban, dan taraf hidup. Kita gunakan teknologi untuk membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa maju. Hendaknya kita yang menciptakan game-game berkualitas lalu menjadikannya ladang pendapatan dan devisa negara ini.
Tuntutan aplikasi game yang membutuhkan spesifikasi besar dari sebuah smartphone secara tak sadar menjerumuskan kita untuk lebih konsumtif. Kita tak lagi membeli sesuai kebutuhan yang sebenarnya. Kita hanya membeli untuk memenuhi kebutuhan yang menunjang suatu aplikasigame. Kita membayar sebuah smartphone untuk sebuah game, bukan untuk pekerjaan atau membantu kita dalam pelajaran di sekolah. Mirisnya lagi, akhir-akhir ini para orang tua banyak yang memudahkan pengurusan anak-anak mereka dengan memberikan gadget. Mereka membiarkan anak-anak bermain tanpa pengawasan. Alih-alih menghindari tangisan anak yang rewel. Padahal, mereka tak mengetahui momok menakutkan dibaliknya bagi kesehatan fisik dan mental si anak. Naudzubillah.. Semoga kita semua, termasuk pegawai negeri sipil sebagai aparatur Negara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini, menjadigamers yang bijak dan insan yang waspada.. Selamat Hari Game Indonesia.
- 248 reads