Motivasi dan Disiplin Untuk Kinerja Aparatur Sipil Negara Lebih Baik

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan penting dalam suatu organisasi. Pemanfaatan SDM secara efektif merupakan jalan bagi suatu organisasi untuk mempertahankan kelangsungan dan pertumbuhan serta perkembangan organisasi tersebut di masa yang akan dating. Dengan kata lain, kekuatan organisasi ditentukan oleh orang-orang yang mendukung organisasi tersebut, baik pada tingkat atas, menengah ataupun bawah. Pada dasarnya organisasi bukan saja membutuhkan SDm yang mampu, cakap dan terampil tetapi juga adalah orang-orang yang mau bekerja giat dan mempunyai keinginan untuk mencapi hasil kerja yang optimal.

Kemampuan, kecakapan dan ketrampilan SDM tidak ada artinya bagi organisasi, jika mereka tidak mau bekerja keras dengan menggunakan kemampuan, kecakapan dan ketrampilan yang dimilikinya. Apabila setiap orang bekerja dengan professional sesuai dengan kemapuan dan keahliannya serta didukung dan dipengaruhi oleh motivasi dan disiplin dari dalam diri, maka organisasi akan mencapai tujuannya dan berkembang dengan pesat.

Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan sumber daya aparatur negara yag bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan dengan dilandasi kesetiaan dan ketaan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kedudukan dan peranan ASN di Indonesia semakin penting untuk menyelenggaran pemerintahan dan pembangunan dalam usaha mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan massyarakat yang taat hukum, berperadapan modern, demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi. Oleh karena itu penyelenggaraan pemerintahan memerlukan orang-orang yang selalu mampu untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan secara berdayaguna dan berhasil guna.

Penyelenggaraan pelayan publik, menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 dinamakan Aparatur Sipil Negara (ASN), adalah pelayan masyarakat/abdi negara yang memili tanggungjawab terhadap pelayanan publik dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Terkait harapan masyarakat terhadap Aparatur Sipil Negara adalah kinerja handal yang diberikan dalam melaksanakan pelayanan publik.

Kinerja maksimal dari para pegawai terwujud bilamana prganisasi dapat mengarahkan dan mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai sehingga pegawai mampu bekerja secara optimal.Motivasi dan disiplin erat kaitannya dengan kinerja pegawai.Motivasi dan disiplin yang langsung dirasakan oleh pegawai dapat menurunkan kinerja ataupun sebaliknya meningkatkan kinerja pegawai. Pegawai yang merasa termotivasi dan disiplin terhadap pekerjaannya akan berdampak pada meningkatnya kinerja suatu organisasi secara keseluruhan.

Motivasi Kerja Pegawai

Menurut Mangkunegara (2005:P.61) “motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Sedangkan Amstrong (1994:P.68) mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara yang tertentu.

Dalam banyak istilah motivasi tercakup berbagai aspek tingkah manusia yang mendorongnya untuk berbuat atau tidak berbuat. Dalam kehidupan sehari-hari, motivasi diartikan sebagai keseluruhan proses pemberian dorongan atau rangsangan kepada karyawan sehingga mereka bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksakan (Saydam, 2000:326)

Organisasi akan berhasil melaksanakan program-programnya bila orang-orang yang bekerja dalam organsiasi dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya masing-masing. Dalam melaksanakan tugas tersebut, para pegawai perlu diberikan arahan dan dorongan, sehingga potensi yang ada dalam dirinya dapat diubah menjadi potensi yang menguntungkan organisasi.

Edward Murray (Mangkunegara, 2005:66-67) berpendapat bahwa karakteristik orang yang mempunya motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai berikut:

  1. Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya
  2. Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan
  3. Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan ketrampilan
  4. Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu
  5. Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan
  6. Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti
  7. Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain

Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersedia dalam suatu organisasi memiliki kemampuan berkembang tanpa batas. Kemampuan manusia juga dapat ditingkatkan dengan memberikam motivasi yang tepat dan organisasi hanya akan berhasil mencapai tujuan dan sasarannya apabila semua komponen organisasi tersebut berupaya menampilkan kerja yang optimal agar tercapainya produktivitas dan salah satunya dengan motivasi yang baik.

Namun masalah akan timbul, pada saat pegawai/staff dari organisasi yang sebenarnya memiliki potensi yang baik untuk mengerjakan tugas dan wewenang yang diberika kepadanya, namun tidak melaksanakan tugas tersebut dengan baik dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhinya diantara rasa malas atau karena tidak mengetahui secara jelas pokok dan fungsinya sehingga menyebabkan pegawai tersebut kurang professional.

Sebagai contoh, yang dikemukan oleh Muchdarsyach Sinungan dalam bukunya (2000:2) di suatu unit lembaga pemerintahan misalnya, sekitar 25% dari pegawai baik tingkat atas, menengah ataupun bawah, benar-benar bekerja dengan memanfaatkan semua waktu kerja yang ada. Ada diantara mereka yang terpaksa bekerja lemburkarena mengejar batas waktu penyelesaian kerja atau selalu dikejar “dead line”. Sementara itu 75% pegawai tidak memanfaatkan jam kerja yang ada, bahkan cenderung untuk mengurangi jam kerja. Banyak diantara pegawai tersebut yang mengisi waktu kerjanya dengan duduk-duduk ngobrol, menelpon keluarga atau teman, atau pun ijin ke luar kantor untuk urusan-urusan yang tidak berkaitan dengan tugas pekerjaannya.

Melihat permasalahan di atas, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh organisasi adalah dengan pemberian motivasi kepada pegawai. Motivasi pegawai ini tergantung pada kekuatan dari motivasi itu sendiri.Dorongan ini menyebakan mengapa pegawai itu berusaha mencapai tujuan baik secara sadar maupun tidak sadar.Dorongan ini juga menyebabkan pegawai berperilaku, memperbaiki dan meningkatkan kinerja, sehingga produktivitas kerja pun meningkat. Memotivasi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti paksaan, hukuman, imbalan, penghargaan dan pujian serta menciptakan kompterisi, tujuan dan harapan yang jelas realistis serta mudah dicapai.

Nanawi (2003;5) membedakan motivasi dalam dua bentuk, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

  1. Motivasi intrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya atau manfaat dan makna pekerjaan yang dilaksanakan. Motivasi ini bersumber dari ketertarikan kepada pekerjaan, keinginan untuk berkembang, senang dan menikmati pekerjaan.
  2. Motivasi ektrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari luar diri pekerja sebagai individu, berupa suatu kondisi yang mengharuskan untuk melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Misalnya, berdedikasi tinggi dalam bekerja karena upah atau gaji yang tinggi, jabatan, penghargaan, persaingan dan menghindari hukuman dari atasan.

Abim Syamsuddin Makmun (2003) mengemukan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:

  1. Durasi kegiatan
  2. Frekuensi kegiatan
  3. Persistensi pada kegiatan
  4. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan
  5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan
  6. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan
  7. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan
  8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan

Disiplin Kerja Pegawai

 Disiplin berasal daru bahasa Latin “Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat.Disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan. Di dalam buku Wawasan Kerja Aparatur Negara disebutkan bahwa disiplin adalah:

“Sikap mental yang tercermin dalam perbuatan, tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah atau etik, norma serta kaidah yang berlaku dalam masyarakat”

Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan pegawai negeri sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Astrid S. Susanto mengemukakan bahwa sesuai dengan keadaan di setiap organisasi, maka disiplin dibedakan menjadi 2 yaitu disiplin positif dan disiplin negatif.Merupakan tugas seorang pemimpin untuk mengusahakan terwujudnya suatu disiplin yang mempunyai sifat positif, dengan demikian dapat menghindarkan adanya disiplin negatif. Disiplin positif merupakan suatu hasil pendidikan, kebiasaan atau tradisi dimana seseorang dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan, dan disiplin negative sebagai unsur dalam sikap patuh yang disebabkan oleh perasaanatakut akan hukuman.

Menurut I. S. Levine, ukuran tingkat disiplin adalah sebagai berikut :

“Apabila pegawai datang dengan teratur dan tepat waktu, apabila mereka berpakaian serba baik dan tepat pada pekerjaannya, apabila mereka mempergunakan bahan-bahan dan perlengkapan dengan hati-hati, apabila menghasilkan jumlah dan cara kerja yang ditentukan oleh kantor, dan selesai pada waktunya.

Berdasarkan pengertian di atas, maka tolak ukur pengertian kedisiplinan pegawai adalah sebagai berikut:

  1. Kepatuhan terhadap jam-jam kerja
  2. Kepatuhan terhadap instruksi dari atasan serta pada peraturan dan tata tertib yang berlaku
  3. Berpakaian yang baik pada tempat kerja dan menggunakan tanda pengenal instansi
  4. Menggunakan dan memelihara bahan-bahan dan alat-alat perlengkapan kantor dengan penuh hati-hati
  5. Bekerja dengan mengikuti cara-cara bekerja yang telah ditentukan

Menurut Hasibuan (2008:194), ada 8 (delapan) indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai, antara lain:

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan (goals) dan kemapuan (ability) pegawai ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan juga sepadan atau sesuai dengan kemampuan pegawai, agar pegawai tersebut bersungguh-sungguh dalam bekerja dan disiplin mengerjakan pekerjaannya.

2. Teladan pemimpin

Teladan pemimpin berperan penting dalam membentuk kedisiplinan pegawai karena pemimpin merupakan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Teladan pimpinan yang baik akan membawa kedisiplinan yang baik bagi para pegawai, begitu juga sebaliknya.

3. Balas jasa

Balas jasa ikut mempengaruhi kedisiplinan pegawai karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai terhadap pekerjaannya. Jika kecintaan pegawai semakin baik terhadap pekerjaannya, kedisiplinan mereka akan semakin baik.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan dijadikan dasar kebijakan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan pegawai yang baik.

5. Waskat (pengawas melekat)

Waskat (pengawas melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai.Atasan harus aktif secara langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, semangat kerja dan prestasi kerja bawahannya.Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja pegawai karena pegawai merasa diperhatikan, dibimbing, diberi petunjuk dan arahan serta pengawasan dari atasan.

6. Sanksi hukum

Dengan adanya sanksi hukum yang sepadan, maka pegawai akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan sehingga sikap dan perilaku indisipliner pegawai akan berkurang.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam menegur dan menghukum setiap pegawai yang indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada suatu instansi.

8. Hubungan kemanusiaan

Pimpinan harus berusaha menciptakan hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat semua pegawainya. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman.

Akan tetapi dalam suatu instansi seringkali hanya menuntut kinerja yang tinggi pada para pegawainya, tanpa melihat dan memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawainya.Padahal faktor mendasar dalam menunjang kinerja seperti motivasi kerja dan disiplin kerja harus juga diperhatikan guna meningkatkan produktivitas para pegawai.

Dengan demikian, diharapkan dalam pelaksanaan penilaian kinerja pegawai dpat dilakukan murni atas apa yang telah dicapai oleh pegawai tersebut bukan atas unsur adanya korupsi, kolusi dan nepotisme. Dalam penilaian kinerja, ditunjuk lembaga yang memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan dan penyelenggaraan manajemen ASN secara nasional adalah Badan Kepegawaian Negara.Badan Kepegawaian Negara (BKN) menyelenggarakan penilaian kinerja pegawai secara nasional yang didasarkan pada perencanaan kinerja pada tingkat individu dan organisasi, dengan memperhatikan target, capaian, hasil dan manfaat yang dicapai serta perilaku PNS.

Tuntutan masyarakat dalam meningkatkan pelayanan merupakan suatu kondisi yang tidak dapat dihindarkan, dan ini jelas menuntut profesionalisme setiap pegawai di dalam birokrasi.Pegawai Negeri Sipil hendaknya kreatif berinovasi dalam bekerja, termotivasi dan disiplin serta bekerja lebih efektif dan efisien menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.

Sumber referensi:

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Muhammad Agus Muljanto, S.E., M. Si, 2015 – Pentingnya Motivasi dan Disiplin terhadap Kinerja Pegawai

 

Motivation And Discipline To Be Good Civil Servant

Human Resources is one of the factors that have an important role in an organization. It must be used effectively to maintain the continuity and development of the organization in the future. it can be said that the strength of the organization is determined by the people who support the organization, both at the top, middle or lower levels. Basically, organizations not only need those who are capable and skilled, but also those who want to work hard and have enthusiasm to achieve optimal goals.

The ability and skill of human resources is meaningless to the organization, if they do not work hard by using it. If everyone works with professionals according to their abilities and expertise, supported and influenced by motivation and discipline, the organization will achieve its goals and develop rapidly.

The State Civil Apparatus (ASN) is a state resource that provides services in a professional, honest, fair and equitable manner to the community, this is based on loyalty to Pancasila and the Constitution 1945. The position and role of ASN in Indonesia is very important to organize government and development in achieving national goals, namely realizing a law-abiding society, modern, democratic, prosperous, just and highly moral civilized. Therefore. in the administration of government requires people who are able to carry out their duties and responsibilities efficiently and effectively.

according to Law Number 5 of 2014, the public service provider is called the State Civil Apparatus (ASN), He is a public servant or servant of the state who has responsibility for public services in order to realize public welfare. The community hope he has a reliable performance.

Maximum performance of employees is realized if the organization can direct and develop potential and capabilities. Motivation and discipline are closely related to employee performance. both can reduce employee performance or otherwise improve employee performance. Employees who feel motivated and disciplined will have an impact on increasing the performance of an organization as a whole.

Motivation To Work

According to Mangkunegara (2005: P.61) "motivation is a condition or energy that moves employees who are directed or directed towards achieving the goals of the organization or company". Whereas according to Armstrong (1994: P.68) "motivation is something that makes people act or behave in certain ways".

In many terms, motivation is covered by various aspects of human behavior that encourage it to do or not do. In everyday life, motivation is defined as the whole process of giving encouragement or stimulation to employees so that they are willing to work willingly without being forced (Saydam, 2000: 326)

The organization will succeed in implementing its programs if the people who work in the organization can carry out their duties properly in accordance with their respective fields and responsibilities. they need to be given direction and encouragement, so that their potential can benefit the organization.

Edward Murray (Mangkunegara, 2005: 66-67) argues that the characteristics of people who have high achievement motivation are as follows:

  1. Do the best
  2. Do something by achieving success
  3. Complete tasks that require effort and skill
  4. Desiring to be a famous person and master certain fields
  5. Doing difficult things with satisfying results
  6. Do something very meaningful
  7. Do something better than other people

Human Resources (HR) available in an organization have unlimited capabilities to develop. Human ability can also be improved by giving the right motivation. the organization will only succeed in achieving its objectives if all components attempt to display optimal work to achieve productivity. one of them with good motivation.

But the problem will arise, when employees from organizations that actually have good potential, but do not carry out these tasks well because many factors affect them, including being lazy or not knowing clearly the main tasks and functions. thus causing the employee to be less professional.

For example, which was presented by Muchdarsyach Sinungan in his book (2000: 2) in a unit of a government institution, for example, around 25% of employees at the upper, middle or lower levels actually worked by utilizing all available working hours. among them there are those who are forced to work overtime because of chasing deadlines. Meanwhile 75% of employees do not take advantage of existing working hours, and even tend to reduce working hours. Many of them sit around chatting, calling family or friends, or even get permission outside the office for matters not related to their work duties.

the way that can be done by an organization is by giving motivation to employees. This employee motivation depends on the strength of the motivation itself. This encouragement causes why they try to achieve goals either consciously or unconsciously. This encouragement also causes employees to behave, improve and improve performance, so that work productivity increases. Motivating can be done in various ways such as coercion, punishment, rewards, rewards and praise as well as creating compositions, goals and expectations that are clearly realistic and easily achieved.

Nawawi (2003; 5) distinguishes motivation in two forms, namely intrinsic motivation and extrinsic motivation.

  1. Intrinsic motivation is a driver of work that comes from within the worker as an individual, in the form of awareness of the importance or benefits and meaning of the work carried out. This motivation comes from interest in work, the desire to develop, be happy and enjoy work.
  2. Extrinsic motivation is a driver of work originating from outside the worker as an individual, in the form of a condition that requires to carry out work to the fullest. For example, dedicated to work because of high wages or salaries, positions, awards, competition and avoiding punishment from superiors.

Abim Syamsuddin Makmun (2003) found that to understand individual motivation can be seen from several indicators, including:

  1. Duration of activity
  2. Frequency of activities
  3. Persistence in activities
  4. Endurance, tenacity and ability to face obstacles and difficulties
  5. Devotion and sacrifice to reach the goal
  6. The level of aspiration to be achieved with the activities carried out
  7. The level of achievement or product qualification (output) achieved from the activities carried out
  8. Direction of attitude towards the target of activity

Employee Work Discipline

Discipline comes from Latin "Disciplina" which means training or modesty and spirituality education and character development. Discipline is related to developing a decent attitude towards work. In the book the State Apparatus Work Insight stated that discipline is:

"A mental attitude that is reflected in actions, personal behavior, groups or society in the form of compliance or obedience to the regulations stipulated by the Government or ethics, norms and rules that apply in society"

Discipline of Civil Servants is the ability to comply with obligations and avoid prohibitions specified in statutory regulations and / or official regulations which if not obeyed or violated are punished by discipline.

Astrid S. Susanto stated that in accordance with the conditions in each organization, the discipline is divided into 2 namely positive discipline and negative discipline. It is the duty of a leader to strive for the realization of a discipline that has a positive nature, thus avoiding negative discipline. Positive discipline is a result of education, habits or traditions where a person can adjust himself to the situation, and negative discipline as an element in the attitude of obedience caused by feelings of fear of punishment.

According to I. S. Levine, the size of the discipline level is as follows:

"If employees come regularly and on time, if they are dressed well and right on their jobs, if they use materials and equipment carefully, if they produce the amount and manner of work determined by the office, and are finished on time.

Based on the above understanding, the benchmark of the definition of employee discipline is as follows:

Compliance with working hours

Compliance with instructions from superiors as well as rules and regulations.

According to Hasibuan (2008: 194), there are 8 (eight) indicators that affect the level of discipline of employees, including:

1.     Purpose and ability
The purpose and ability of employees affect the level of discipline of employees. The goals to be achieved must be clear and also in accordance with the ability of employees, so that he is serious in working and disciplining doing his work.

2.     Exemplary leader
The example of a leader plays an important role in shaping employee discipline because he is a role model and role model by his subordinates. A good example will bring good discipline to employees, and vice versa.

3.     Reply
Reward affects the discipline of employees because remuneration will provide satisfaction and love of employees for their work. If the love of employees gets better with their work, their discipline will be better.

4.     Justice
Justice contributes to the realization of employee discipline. Justice is used as the basis of policy in giving remuneration (recognition) or punishment will stimulate the creation of good employee discipline.

5.     supervision
Supervision is the real and most effective action in realizing employee discipline. Bosses must be active in directly monitoring behavior, morals, attitudes, morale and work performance of their subordinates. Effective supervision stimulates discipline and work morale of employees because they feel cared for, guided, given instructions and direction and supervision from superiors.

6.     Legal sanctions
the existence of commensurate legal sanctions, the employee will be more afraid of violating the rules so that the employee's disciplinary attitudes and behavior will decrease.

7.     Firmness
The assertiveness of the leadership in reprimanding and punishing each disciplinary employee will create good discipline in an agency.

8.     Human relations
The leader must try to create human relations that are harmonious and binding on all of his employees. The creation of a harmonious human relationship will create a comfortable working environment and atmosphere.

However, in an agency often only requires high performance on its employees, without seeing and paying attention to the factors that can affect the performance of its employees. Though the fundamental factors in supporting performance such as work motivation and work discipline must also be considered in order to increase the productivity of employees.
Thus, it is expected that in the performance appraisal the employee's performance can be done purely on what has been achieved by the employee not on the elements of corruption, collusion and nepotism.

In the performance appraisal, the agency that has the authority to guide and administer ASN management nationally is the State Personnel Agency. The National Civil Service Agency (BKN) conducts employee performance assessments based on performance planning at the individual and organizational level, taking into account targets, achievements, results and benefits achieved and the behavior of civil servants.

The demands of the community in improving service are an unavoidable condition, and this clearly demands the professionalism of every employee in the bureaucracy. Civil servants should be creative in innovating at work, motivated and disciplined and work more effectively and efficiently in carrying out their duties and responsibilities in order to provide excellent service to the community.

Penulis: 
Jimmy Arief Saud Parsaoran, S.T. - Prakom Pertama BKPSDMD
Sumber: 
BKPSDMD

Artikel

18/07/2017 | Abdul Sani, S.Pd.I - Widyaiswara Muda pada BKPSDMD Babel
435,775 kali dilihat
20/11/2017 | Syanti Gultom, A.Md - Dinas Koperasi, UKM
413,024 kali dilihat
07/11/2018 | Jimmy Arief Saud Parsaoran, S.T. - Prakom Pertama BKPSDMD
233,746 kali dilihat
31/08/2018 | Jimmy Arief Saud Parsaoran, S.T. - Prakom Pertama BKPSDMD
204,807 kali dilihat
07/12/2017 | Herru Hardiyansah, S.Kom. - Prakom Muda BKPSDMD
141,509 kali dilihat