Perang Ketupat Aset Budaya Daerah Penunjang Pariwisata Babel

Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, Tradisi Perang Ketupat merupakan suatu tradisi yang dilaksanakan pada tanggal 15 atau minggu ketiga di bulan Sya’ban dalam penanggalan Islam, adapun tujuan diadakannya tradisi ini adalah untuk meminta keselamatan agar kehidupan Masyarakat Kecamatan Tempilang selama satu tahun ke depan terhindar dari marabahaya yang akan menimpa mereka.

Tradisi Perang Ketupat yang dilaksanakan pada tahun ini mengangkat tema Apresiasi Seni Dan Budaya Melayu resmi dilaksanakan pada Minggu, (29/5) di Kawasan Wisata Bahari Pantai Pasir Kuning Kecamatan Tempilang Kabupaten Bangka Barat.

Ada yang menarik dari tradisi ini dimana masyarakat yang terlibat dalam acara perang ketupat ini saling serang dengan melempar ketupat, Perang Ketupat ini merupakan acara adat yang didalamnya dilalui oleh beberapa prosesi ritual pembacaan doa - doa selamatan oleh para tokoh adat kampung dan melarung perahu ke laut.

Gubernur Kepulauan Bangka Belitung H. Rustam Effendi dalam sambutannya mengajak masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya Masyarakat di Kabupaten Bangka Barat untuk menjaga budaya Perang Ketupat agar tidak hilang oleh arus globalisasi budaya asing. “saya mengajak kepada semua untuk menjaga kebudayaan kita miliki, agar tidak tergerus oleh kebudayaan asing yang merugikan kita,” ungkapnya

Beliau dalam hal ini menegaskan baik pemerintah provinsi maupun  kabupaten,  kota,  berusaha melindungi setiap budaya yang ada dimasyarakat sebagai salah satu aset daerah yang merupakan komponen penting penunjang kepariwisataan.

Gubernur juga pada kesempatan itu menjelaskan empat sektor unggulan daerah untuk dikembangkan sebagai bentuk antisipasi tambang timah yang semakin hari semakin berkurang.

“ Pemerintah provinsi telah menyiapkan empat sektor unggulan yaitu sektor pariwisata, kelautan dan perikanan,  pertanian dan perternakan serta sektor industri dan untuk melaksanakan itu semua pemda dan masarakat harus bersinergi dengan baik, “jelasnya

Di akhir arahanya,  Gubernur Rustam mengharapkan bahwa dengan kondisi kondusif yang telah tercipta ditengah masyarakat aman,  damai dan tentram terus di jaga dengan baik. Selain itu masyarakat jangan mudah terpancing oleh hal-hal yang dapat merugikan daerahnya, selain itu Gubernur juga menjelaskan dengan kodisi yang kondusif maka investor akan masuk dan akan menciptakan lapangan kerja sehingga kesejahteraan masyarakat lebih baik lagi.

“Saya mengajak kondisi yang kondusif ini kita jaga dengan baik agar bisa kita bisa membangun dengan cepat,” tungkasnya.

Kegiatan yang sarat dengan budaya ini menarik perhatian ribuan warga sekitar dan luar daerah untuk hadir menyaksikan tradisi Perang Ketupat ini, selain masyarakat hadir pula Gubernur Kepulauan Bangka Belitung beserta Pejabat Eselon II SKPD Pemprov Babel, Jajaran Pemerintah  Kabupaten Bangka Barat, FKPD Provinsi dan Kabupaten Bangka Barat, tamu undangan dari Dinas Pariwisata Riau, Ibu-ibu PKK, tokoh masyarakat dan para wisatawan.

Asal mula tradisi perayaan  ini adalah pada zaman dahulu, di Desa Tempilang banyak anak gadis yang diambil dan dimakan siluman buaya, kondisi yang mencekam ini menyebabkan masyarakat sangat ketakutan,  untuk mengatasi masalah tersebut lalu beberapa tokoh adat berinisiatif untuk mengadakan ritual secara bersama – sama supaya desa mereka terhindar dari musibah yang lebih besar lagi dan dalam perkembangan selanjutnya ritual tersebut oleh Masyarakat Kecamatan Tempilang yang dinamakan Tradisi Perang Ketupat.

Kecamatan Tempilang Kabupaten Bangka Barat merupakan daerah yang kaya adat istiadat atau tradisi dimana tradisi tersebut sangat berkaitan sekali dengan tipologi masyarakatnya yang religius,sehingga kebanyakan tradisi ini berkaitan dengan peringatan hari-hari besar atau hari-hari raya umat Islam.

Dengan kondisi seperti ini agar kebudayaan tak benda ini tetap lestari oleh pemerintah daerah sertempat, baik Pemda Kabupaten Bangka Barat maupun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dijadikan agenda tahunan untuk mendukung kepariwisataan daerah sebagai salah satu sektor unggulan daerah.

Sementara itu,  Bupati Bangka Barat Parhan Ali mengatakan tradisi budaya yang dilakukan secara turun temurun oleh Masyarakat Kecamatan Tempilang ini merupakan budaya yang harus di jaga dan di lestarikan, generasi muda sebagai generasi penerus juga diharapkan untuk selalu menjaga budaya tradisi Perang Ketupat ini dengan baik,  agar tidak punah," katanya..

Di akhir sambutannya Parhan Ali  menginginkan tradisi seperti ini menjadi sektor unggulan di daerahnya, sehingga dari sektor itu nantinya banyak wisatawan asing maupun lokal datang yang dapat menumbuhkan perekonomian masyarakatnya.

“Tradisi Perang Ketupat yang sarat dengan nilai budaya dan kearifan lokal harus selalu di jaga kelestariaannya sehingga dapat mendukung upaya pemerintah dalam membangun sektor unggulan yang dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, ujarnya

Pada kesempatan terpisah,  Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung KA Tajudin,  menjelaskan bahwa makna dilaksanakanya perang ketupat ini selain untuk melestarikan adat budaya juga untuk mempererat silaturrahmi antar masyarakat dan dalam perkembangannya nanti bisa menarik wisatawan dan menjadi sektor pendukung pariwisata di Babel ini.

“Makna silaturahim dari sisi pariwisata budaya ini karena sudah lama dan menarik menjadi pilihan wisatawan ketika berkunjung ke daerah kita, “ tuturanya.

Selama prosesi Perang Ketupat ini ada beberapa pantangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat agar terhindar dari bala (Musibah, red), pantangan itu salah satunya masyarakat dilarang mencari ikan di laut selama 3 hari, ungkap Ruslan Ketua Umum Perang Ketupat.

Usai kegiatan ritual,  masing- masing peserta Perang Ketupat, saling melempar ketupatnya ke arah peserta lain. Menariknya walaupun benda ketupat berisi nasi itu mengenai badan peserta, peserta tersebut tidak marah dan sebaliknya usai lempar melempar mereka saling berjabat tangan dan tertawa gembira. (MMS)

Penulis: 
Mislam
Sumber: 
HumasPro