Ustadzah Emillia: Puasa Sesungguhnya Membentuk Karakter

PANGKALPINANG – Dalam menghadapi Bulan Suci Ramadhan, terdapat  empat tipe manusia dalam menyambut bulan suci ini, yaitu tipe yang bersemangat dan gembira untuk memperbanyak ibadah, tipe yang memandang Ramadhan sebagai peluang untuk memperbanyak rezeki melalui jualan takjil dan lainnya, tipe yang merasakan Ramadhan sebagai beban, karena harus menahan lapar puasa, dan tipe yang menganggap Ramadhan biasa-biasa saja sebagaimana bulan lainnya.

" Bulan Ramadhan selayaknya meninggalkan bekas bagi yang menjalankan ibadah puasa, karena puasa sesungguhnya membentuk karakter bagi kita. Adapun karekter yang didapatkan dengan menjalankan ibadah puasa adalah kejujuran, kedisiplinan, kepatuhan, etos kerja dan solidaritas. Dengan kejujuran, pribadi muslim dapat menghindari korupsi dalam bekerja dan mendatangkan ketentraman dalam keluarga. Dengan kedisiplinan, puasa mengajarkan untuk menyegerakan berbuka dan mengakhiri saur serta membiasakan kita untuk sholat tepat waktu,” jelas ustadzah Emillia Sylvia saat memberikan siraman rohani kepada para pegawai muslimah di Lingkungan BKD Pemprov Babel, Rabu (15/6/2016), di Ruang Pojok Asi Lantai III Kantor Gubernur Babel.

Lebih lanjut ustadzah Emillia mengatakan, dalam dunia kerja, sebagai pegawai dibentuk untuk disiplin dan penuh tanggung jawab. Beigitu pula melalui puasa kan terbentuk pribadi yang patuh. “Ketika Ramadhan tiba, kita akan membatasi diri dari berbicara yang berlebihan, menahan diri dari amarah, menahan diri dari berbohong, dan banyak wanita muslimah yang ketika Ramadhan segera patuh dan sadar untuk berhijab agar auratnya tidak mengurangi nilai puasa orang lain maupun dirinya,” ujar Emillia.

"Dengan berpuasa, kita menyadari bahwa di bulan Ramadhan penuh dengan berkah dan pahala, sehingga kita meniatkan kerja untuk ibadah. Hal ini tentunya akan meningkatkan etos kerja kita dan penuh tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas kita di kantor. Terakhir, melalui puasa akan terbentuk solidaritas pada diri kita. Dan Kita menjadi peduli berbagi rezeki, berbagi buka puasa, menyantuni fakir miskin, dan bersimpati dengan sesama muslim yang kekurangan,” tandasnya. lanjut ustadzah Emillia, mengajarkan untuk peduli sesama, menjaga lisan agar tak menyakiti sesama. Dalam surat Al hujurat ayat 12 dikatakan, yang artinya : ‘"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang”.

Jelas dikatakan bahwa dosa ghibah disamakan dengan memankan bangkai dan jika kita meninggalkan ghibah maka akn mendekatkan kita dengan takwa. Islam juga melarang kita berbohong atau berdusta, karena itu merupakan bagian dari ciri munafik. Namun, ada kebohongan yang dibolehkan sebagaimana dijelaskan dalam Hadist Riwayat Bukhari no. 2692 dan Muslim no. 2605, lafazh Muslim yaitu “Aku tidaklah mendengar sesuatu yang diberi keringanan untuk berdusta di dalamnya kecuali pada tiga perkara, “Peperangan, mendamaikan yang berselisih, dan perkataan suami pada istri atau istri pada suami (dengan tujuan untuk membawa kebaikan rumah tangga).” ,” ujarnya.

Begitu indahnya puasa, ditambahkan ustadzah Emillia, dimana pada 10 malam terakhir ALLAH menutupkan pintu neraka dan membuka pintu syurga. “Maka sudah selayaknya kita berusaha untuk meraih ampunan ALLAH. Semoga puasa yang kita lakukan membekas dan membentuk karakter kita menjadi lebih baik, karena puasa meminimalisir karakter buruk. Salah satu karakter buruk yang harus kita hindari terutama oleh perempuan adalah ghibah. Sudah selayaknya kita mengendalikan lisan, karena mulut merupakan salah satu organ tubuh yang banyak menjerumuskan kita ke neraka. Begitu pentingnya menjaga lisan sebagaimana hadist yang berbunyi : “Barang siapa yang beriman kepada ALLAH dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam”,” ulas Emillia.

Dipenutup tausiyah, ustadzah Emillia Sylvia kembali mengingatkan para pegawai muslimah BKD khususnya, dan pegawai muslimah Pemprov Babel pada umumny, janganlah menjadi golongan yang merugi yaitu golongan yang tidak mendapatkan ampunan, padahal bertemu dengan bulan Ramadhan. “Jadi, maksimalkanlah ibadah pada bulan Ramadhan ini, dan bentuklah karekter kita sehingga menjadi pribadi yang lebih baik,” tutup ustadzah Emillia.

Penulis: 
as/dd/BKD Babel
Sumber: 
BKPSDMD