Microlearning, Apa dan Bagaimana Penerapannya ?

Latar Belakang

Sekarang kita masuk di dunia yang orang-orangnya memeriksa ponsel cerdas mereka setiap jam, mereka berkepentingan untuk “mengetahui kabar”, fenemona ini membawa kita dalam tren kebutuhan informasi baru dalam pembelajaran, seperti contoh kita sendiri tanpa ragu mengetik dalm kolom “search” untuk mendapatkan informasi yang cepat dan subtansi atau tiktok apps yang memberikan video singkat secara lansung.  Kasus atas frameitulah disebut pembelajaran mikro, yaitu pembelajaran digital yang lebih singkat(Janice, 2023).

Seiring dengan viralnya media elektronik sebagai media pembelajaran dan perubahan metode pembelajaran di tempat kerja saat ini menciptakan perubahan dari proses pembelajaran tradisional/konvensional (yang biasa kita temui dari generasi yang lalu) menuju teknologi elektronik. Yang sering kita lihat adalah mereka mengkonsumsi pembelajaran di tempat kerja pada saat waktu singkat, dengan pencarian informasi pada "Google" sering disebut sebagai alasan untuk perubahan ini(Dolasinski & Reynolds, 2020). Sehingga penyelenggara pelatihan memahami bahwa seperti yang dikatakan oleh Kung Wong Lau “model pembelajaran tradisional tidak lagi efektif di tempat kerja saat ini dan organisasi, perlu mengadopsi pendekatan baru untuk pelatihan dan penciptaan pengetahuan untuk memenuhi perubahan kebutuhan dan harapan karyawan(Lau et al., 2019).

Sehingga mengenal dan menerima konsep dan prosedur microlearning akan menciptakan subliminal informationpada diri kita yang nantinya akan berdampak pada long life education.

Kajian Pustaka

Microlearning adalah pendekatan pembelajaran modern yang berfokus pada penyampaian informasi dalam jumlah kecil dan singkat kepada para pelajar. Pendekatan ini semakin populer dalam beberapa tahun terakhir karena efektivitasnya dalam meningkatkan kinerja dan meningkatkan hasil pembelajaran(Sun et al., 2015). Konsep microlearning,  menawarkan solusi untuk masalah ini dengan menyajikan informasi dalam format yang singkat 5-15 menit dan mudah dicerna seperti modul online singkat atau presentasi dengan lima slide(Lv et al., 2020). Sirwan mengatakan bahwa microlearning mampu meningkatkan efektivitas dan efesiensi pembelajaran, menjadikan materi mudah dipahami dan diingat dalam jangka waktu lama (Sirwan Mohammed et al., 2018).Data penelitian lain juga telah menunjukkan bahwa peserta pelatihanyang belajar di lingkungan pembelajaran online lebih menyukai konten yang dirancang menggunakan prinsip-prinsip microlearning(Dunlosky et al., 2013). Dahulu metode pembelajaran tradisional/klasikal sering kali melibatkan waktu petemuan panjang atau bahan baca yang panjang, yang mengakibatkan kelebihan informasi dan penurunan retensi, maka kondisi seperti ini dengan microlearning bisa menjembatinya (Javorcik & Polasek, 2018)

Selain meningkatkan hasil belajar, microlearningjuga memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja. Dengan menyampaikan informasi dalam bentuk singkat dan terarah, microlearningmemungkinkan peserta untuk dengan cepat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat segera mereka terapkan dalam pekerjaan atau tugas sehari-hari(Hao-Feng Zhang et al., 2010). Pembelajaran mikro menawarkan cara yang fleksibel dan nyaman bagi peserta didik untuk memperoleh dan menyimpan informasi, memastikan bahwa mereka dapat dengan cepat menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam pekerjaan atau tugas sehari-hari (Derouin et al., 2005). Secara keseluruhan, pembelajaran mikro adalah alat yang ampuh untuk meningkatkan kinerja dan meningkatkan hasil pembelajaran.

 

Pembahasan.

Apakah microlearning dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi dengan memfasilitasi akuisisi pengetahuan, melibatkan dan memotivasi karyawan, mengintegrasikan dengan media aplikasi manajemen pelatihan sehingga  meningkatkan kinerja karyawan. Microlearning dapat disampaikan melalui berbagai format seperti video, aplikasi, gamifikasi, infografis, dan media sosial.Bahkan pembelajaran micro ini sangat fleksibel, dapat diakses kapan saja dan di mana saja, dan dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran individu.

Menurut (Buljan, 2021) dalam website e-learning industry mengatakan bahwa bentuk bentuk konten dalam microlearning seperti ;

  1. Video
    Video adalah bentuk konten paling populer yang digunakan.  Cara yang efektif dari konten ini adalah penciptaan narasi yang membantu Anda mencapai tujuan yang Anda inginkan – dengan cara yang ringkas, jelas, dan menarik. Video penjelasan dapat dibuat dalam gaya apa pun, mulai dari aksi langsung, hingga animasi 2D dan 3D atau grafik gerak. Sebagian besar dibuat untuk langsung pada intinya.
  2. Kuis
    Kuis memfasilitasi peserta didik dalam mengevaluasi perolehan pengetahuan mereka dan mengarahkan perhatian mereka ke materi yang diharapkan paling bermanfaat. Kuesioner dan kuis memiliki potensi untuk membantu dalam microlearningdengan segera memberikan umpan balik kepada peserta, sehingga memungkinkan mengidentifikasi area yang membutuhkan perbaikan.
  3. Podcast
    Podcast mewakili manifestasi yang sangat disukai dari microlearning, Individu memiliki kemampuan untuk terlibat dengan mendengarkan pembelajaran pada saat perjalanan mereka, pada tengah hari, atau bahkan saat memulai jalan-jalan santai. Aspek yang paling menguntungkan terletak pada kenyataan bahwa podcast tidak memerlukan penggunaan peralatan canggih atau pencapaian keterampilan teknis yang rumit sehingga menjadi daya tarik bagi pemula.
  4. Presentasi/Infografic Dalam microlearning waktu yang dibutuhkan untuk persiapan yang jauh lebih sedikit namun tetap dapat memberikan pengalaman menarik bagi pelajar untuk mempelajari informasi baru dengan cepat.
  5. Gambar Gambar. adalah cara terbaik untuk menyampaikan ide dan konsep sederhana. Meskipun tidak seinteraktif video, namun tetap dapat membantu orang mengingat informasi penting yang disajikan dalam waktu singkat. Dengan visual gambar pembelajaran dapat disimpan langsung ke dalam memori jangka panjang kita.
  6. Gamifikasi Gamification permainan langsung di layar yang berfungsi sebagai penilaian pengetahuan dan peluang untuk penguatan keterampilan, seperti kartu flash, jajak pendapat, latihan drag-and-drop, dan kuis mini, teks teks pertanyaan langsung, tergantung pada tujuan pembelajarannya sehingga dapat membantu keterampilan berpikir kritis atau strategi kolaborasi. 
  7. Blog Articles/Social Media Blog artikel adalah tulisan yang dipublikasikan di platform blog, biasanya berisi informasi, opini, atau pandangan penulis tentang topik tertentu yang disajikan dengan singkat dan focus pada subtansi , Blog dan social media menggunakan paltform digital sehingga mudah digunakan dan bisa dalam skala massive.

 

Menurut (Dolasinski & Reynolds, 2020) Model microlearning yang baik dengan menjawab kekhawatiran mengenai kebutuhan peserta  yang terus berkembang di tempat kerja.  Model ini dapat dibagi menjadi empat tahap:

  1. Pengembangan awal pembelajaran;

Fase pertama dalam model ini melibatkan identifikasi kebutuhan pelatihan secara spesifik dari organisasi. Di sinilah para pengejar atau creatorpengembang pembelajaran microlearning menentukan kebutuhan akan pelatihan microlearning dan kemudian mengembangkan tujuan untuk memenuhi kebutuhan peserta, caranya dengan mengajuhkan pertanyaan seperti ;

  1. Siapa dan bagaimana dalam organisasinya.
  2. Mengapa mereka ingin belajar, usaha apa saja mereka dalam belajar?
  3. Apa yang mereka pelajari, apa isi dan hasil pembelajarannya?
  4. Bagaimana mereka belajar, apa saja tindakan atau proses utama dalam pembelajaran?

 

2. Pengembangan Dan Penyampaian Konten Pembelajaran;

Langkah-langkah ini melibatkan penyempitan isi modul menjadi satu ide.Jika tujuan pembelajaran atau topik memiliki beberapa konsep, setiap ide harus dikembangkan menjadi sebuah modul pembelajaran mikro yang terpisah. Dalam microlearning, sebuah modul bersifat multisensori/multimodalitas untuk memberikan kesempatan bagi semua jenis pembelajar untuk memahami dan mengingat apa yang mereka pelajari.

3. Partisipasi Peserta, Praktik, Dan Demonstrasi;

Untuk mendapatkan perhatian dan memastikan bahwa konten pembelajaran dikirim ke memori jangka panjang, individu harus melihat makna dari rangsangan dan menemukan pola dalam konten yang dikirim sebelumnya.Dalam model pembelajaran mikro, partisipasi dan pembelajaran keterampilan atau informasi baru ditujukan pada memori jangka pendek. Yang mana pembelajaran dilakukan dengan aktivitas pemahaman, wawasan, dan penjelasan

dihubungkan dengan tindakan.Mencakup kesempatan untuk melakukan percobaan, dan umpan balik kepada peserta.Dalam microlearning pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat untuk mengamati dan mencatat perilaku yang ditunjukkan.Perubahan perilaku yang diinginkan ditetapkan dalam fase pertama identifikasi kebutuhan/pengembangan tujuan, dimasukkan dalam langkah pengembangan, desain, dan penyampaian, dan diperkuat melalui praktek peserta.

4. Evaluasi.

Analisis microlearning dapat digunakan untuk mengukur seberapa efektif desain modul pembelajaran. Pengumpulan data dan kedalaman proses penggalian data dapat dilakukan secara ekstensif. Evaluasi modul pembelajaran mikro, data dari seluruh peserta didik harus digabungkan dan dianalisis, termasuk lamanya waktu dari penyampaian pelatihan hingga demonstrasi, penggunaan keterampilan baru yang efektif dalam pelaksanaan pekerjaan, umpan balik dari peserta mengenai konten dan penyampaian pembelajaran, dan area yang diamati di mana peserta didik tidak terlibat atau kesulitan dalam memahami materi. Data diambil dari pengamatan fasilitator, umpan balik peserta, dan penilaian perubahan perilaku di tempat kerja atau pasca pelatihan.

 

Kesimpulan

Tulisan ini diperlukan untuk menjawab pertanyaan umum apakah microlearning dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi, Dengan banyak nya metode microlearningmembuat pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan, yang menarik microlearning dapat disampaikan melalui berbagai format seperti video, aplikasi, gamifikasi, infografis, dan media sosial. Cara pembelajaran ini fleksibel, dapat diakses kapan saja dan di mana saja, dan dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran individu ,microlearning juga membantu meningkatkan tingkat retensi dan tingkat pemahaman.

Namun tidak menghindari dari bahwa ada sisi sisi bahwa microlearning tidak mulus dapat dilaksanakan terutama adanya ketimpangan teknologi dan kompetensi digital perserta.Juga pengaruh terbesar pada subjek saat merancang microlearning.

 

DAFTAR PUSTAKA

Buljan, M. (2021, December 20). Microlearning 101: An Evolving eLearning Trend. eLearning Industry. https://elearningindustry.com/microlearning-101-an-evolving-elearning-tr...

Derouin, R. E., Fritzsche, B. A., & Salas, E. (2005). E-Learning in Organizations. Journal of Management, 31(6), 920–940. https://doi.org/10.1177/0149206305279815

Dolasinski, M. J., & Reynolds, J. (2020). Microlearning: A New Learning Model. Journal of Hospitality & Tourism Research, 44(3), 551–561. https://doi.org/10.1177/1096348020901579

Dunlosky, J., Rawson, K. A., Marsh, E. J., Nathan, M. J., & Willingham, D. T. (2013). Improving Students’ Learning With Effective Learning Techniques: Promising Directions From Cognitive and Educational Psychology. Psychological Science in the Public Interest, 14(1), 4–58. https://doi.org/10.1177/1529100612453266

Hao-Feng Zhang, Xi-Mei Zhu, & Xi-Rui Xia. (2010). Research on the application of integrated micro learning. 2010 Third International Symposium on Knowledge Acquisition and Modeling, 199–201. https://doi.org/10.1109/KAM.2010.5646218

Janice (Director). (2023, April 24). Microlearning Examples: When to use it & When NOT to use it! https://www.youtube.com/watch?v=c-n_Tc_n-tk

Javorcik, T., & Polasek, R. (2018). The Basis for Choosing Microlearning Within the Terms of E-Learning in the Context of Student Preferences. 2018 16th International Conference on Emerging eLearning Technologies and Applications (ICETA), 237–244. https://doi.org/10.1109/ICETA.2018.8572183

Lau, K. W., Lee, P. Y., & Chung, Y. Y. (2019). A collective organizational learning model for organizational development. Leadership & Organization Development Journal, 40(1), 107–123. https://doi.org/10.1108/LODJ-06-2018-0228

Lv, M., Liu, H., Zhou, W., & Zheng, C. (2020). Efficiency model of micro-course study based on cognitive psychology in the college. Computers in Human Behavior, 107, 106027. https://doi.org/10.1016/j.chb.2019.05.024

Sirwan Mohammed, G., Wakil, K., & Sirwan Nawroly, S. (2018). The Effectiveness of Microlearning to Improve Students’ Learning Ability. International Journal of Educational Research Review, 3(3), 32–38. https://doi.org/10.24331/ijere.415824

Sun, G., Cui, T., Yong, J., Shen, J., & Chen, S. (2015). Drawing micro learning into MOOC: Using fragmented pieces of time to enable effective entire course learning experiences. 2015 IEEE 19th International Conference on Computer Supported Cooperative Work in Design (CSCWD), 308–313. https://doi.org/10.1109/CSCWD.2015.7230977

Penulis: 
Atpriatna Utama, S.IP., M.M - Widyaiswara Ahli Madya BKPSDMD | Drs. Gunawan, M.M - Widyaiswara Ahli Madya BKPSDMD
Sumber: 
BKPSDMD

Artikel

18/07/2017 | Abdul Sani, S.Pd.I - Widyaiswara Muda pada BKPSDMD Babel
425,319 kali dilihat
20/11/2017 | Syanti Gultom, A.Md - Dinas Koperasi, UKM
366,391 kali dilihat
07/11/2018 | Jimmy Arief Saud Parsaoran, S.T. - Prakom Pertama BKPSDMD
226,513 kali dilihat
31/08/2018 | Jimmy Arief Saud Parsaoran, S.T. - Prakom Pertama BKPSDMD
198,635 kali dilihat
07/12/2017 | Herru Hardiyansah, S.Kom. - Prakom Muda BKPSDMD
135,486 kali dilihat