Kesehatan Reproduksi

Penggunaan teknologi pada masa sekarang ini sudah tak terbendung lagi, pengaruhnya sangat besar dalam perkembangan kehidupan manusia saat ini. Keterbukaan informasi yang tanpa batas memungkinkan kita untuk mengakses semua informasi dari media masa seperti televisi , Koran, majalah-majalah, serta dari internet, hal ini tentunya membawa dampak yang positif seperti berkembangnya ilmu pengetahuan. Akan tetapi ketika digunakan dengan tidak bijaksana maka akan membawa dampat yang tidak baik pula, seperti merebaknya fenomena perilaku seks bebas, khususnya yang dilakukan oleh remaja. Remaja yang belum dapat berfikir baik dan buruk secara komprehensip akan melihat perkembangan teknologi serta keterbukaan informasi merupakan celah untuk mengakses situs-situs yang tidak selayaknya untuk dikonsumsi remaja seusia mereka.

Pada saat ini sudah banyak pristiwa-pristiwa yang terjadi di masyarakat kita yang menunjukan penyimpangan prilaku seksual, seks bebas. Seperti contoh beberapa kasus yang tejadi dilingkungan provinsi Bangka Belitung beberapa waktu terakhir, semua yang menjadi pelakunya adalah remaja atau siswa SMA. Siswa SMA berkisar antara 15 sampai  19 tahun. Pada usia tersebut siswa dapat digolongkan sebagai masa remaja  (Hurlock, 2002: 206). Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2005: 55-57) pada masa remaja ini ditandai dengan berfungsinya kelenjar-kelenjar kelamin yang memproduksi hormon-hormon kelamin. Hormon kelamin yang dimaksud adalah hormon androgen dan testosteron. Diproduksinya hormon terstosteron, menyebabkan timbulnya nafsu seks baik pada laki-laki ataupun wanita. Hurlock (2002: 226) mengatakan bahwa minat terhadap seks pada usia remaja semakin meningkat. Meningkatnya minat terhadap seks menyebabkan para remaja atau siswa selalu berusaha untuk mencari berbagai informasi mengenai seks. Informasi yang mereka dapatkan biasanya lebih banyak dari teman sebaya, situs-situs porno, atau majalah-majalah yang isinya mengenai seputar seks. Gaya pacaran remaja pun banyak meniru gaya pacaran anak muda sekarang yang sering disuguhkan di layar televisi, seperti berpegangan tangan, berpelukan, berciuman dan bahkan melakukan hubungan seksual. Gaya pacaran demikian dianggap hal yang wajar.

Pengaksessan informasi yang terbuka serta sarana yang memadai untuk melakukannya, membuat remaja dengan mudahnya mendapatkan informasi apapun tetapi yang menjadi permasalahan awalnya adalah usia remaja yang belum matang membuat remaja tersebut pun belum dapat memahami, mencerna serta memfilter informasi tersebut. Informasi yang dipahami dengan sepotong-sepotong serta pengaruh dari teman sebaya atau bahkan dari situs porna nya langsung, membuat mereka menjadi penasaran sehingga ingin meniru serta mencobanya tanpa tahu dan mengerti apa dampak dari apa yang mereka lakukan.

Kasus yang terkuak beberapa waktu yang lalu bias menjadi cerminan bahwa adanya fenomena gunung es mengenai permasalahn seksual pada remaja kita, hal ini terjadi dapat dikarnakan sebagian remaja kita dipaham betul tentang kesehatan reproduksi atau bahkan tidak tahu sama sekali. Padahal apabila pemahaman kesehatan reproduksi ini tidak diberikan dengan baik akan berdampak kepada remaja kita sebagai generasi penerus bangsa yang harus dijaga dan diberikan bimbingan yang maksimal. Kesehatan reproduksi  adalah suatu keadaan sehat  jasmani, psikologis dan sosial yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi (ICPD 1994). Pemahaman yang benar di kalangan remaja mengenai kesehatan reproduksi, dapat menghindarkan remaja dari permasalahan seksual serta penyakit jasmani seperti PMS. Selain terhindar dari PMS, remaja juga diharapkan memiliki pribadi dan moral yang baik, sehingga mereka dapat menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas.

Dalam pemberian pemahaman tentang kesehatan reproduksi pada remaja kita merupakan tanggungjawab kita semua seperti orang tua, lingkungan serta pemerintah. Orang tua yang memahami remaja secara mendalam hendaknya dapat mendampingi perkembangan remaja dimana sudah adanya ketertarikan antar lawan jenis sebagai tahapan menuju kedewasaan. Aspek lingkungan disini bisa lingkungan rumah sebagai tempat bermain atau lingkungan sekolah sebagai tempat mencari ilmu bagi remaja, tetapi mengingat waktu keseharian yang dihabiskan oleh remaja kita adalah disekolah maka aspek lingkungan sekolah tak kalah akan berpengaruh bagi remaja. Karena itu sekolah merupakan aspek kedua yang tak kalah pentingnya dalam memberikan pemahaman kesehatan reproduksi bagi remaja.

Di Sekolah remaja mendapatkan sepintas dari beberapa maple yang mungkin materi pembelajarannya bersinggungan dengan kesehatan reproduksi seperti biologi, penjaskes dan agama, tak hanya sampai disitu di sekolahpun ada yang namanya ekstrakulikuler yang cukup spesifik serta komprehensip membahas tentang kesehatan remaja seperti PIK R serta PMR. Apabila ini dapat kita maksimal maka remaja pasti mendapatkan pemahaman tentang kesehatan reproduksi yang baik dan tidak sepotong-sepotong.

Berikut adalah pemaparan yang dapat memberikan kita pemahaman tentang kesehatan reproduksi bagi remaja sebagai orang tua, agar dapat menjadi orang tua yang cerdas dalam mnjaga serta mendidik anak-anak kita menjadi remaja yang sehat, tanggung serta berkualitas sebagai generasi penerus bangsa.

Pada umumnya menentukan seseorang itu masih anak-anak atau sudah dewasa atau dalam fase remaja itu dapat dilhat dari usia orang tersebut, untuk usia remaja ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu remaja awal yang dimana rentan usianya natara 13-17 dan remaja akhir yaitu pada rentan usia 17-21. Masa remaja ini merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju kedewasaan. Sedangkan dalam kamus Psikologi, adolesence (masa remaja) merupakan periode antara pubertas dan kedewasaan. Proses pencapaian masa remaja anak perempuan berbeda dengan anak laki-laki dimana lebih cepat pencapaian masa remajanya anak perempuan yaitu diusia 12 tahun sedangkan anak laki-laki pada usia 13 tahun, perbedaan lainnya dapat dilihat dari aspek biologis antara lain mulai membesarnya buah dada, membesarnya pinggul, tumbuhnya bulu diseputaran kemaluan serta ketiak dan mulainya mengalami menstruasi pada anak perempuan. Sedangkan pada anak laki-laki terjadinya mimpi basah, tumbuhnya bulu-bulu diseputaran kemaluan, kaki serta ketiak, terjadinya perubahan suara, tumbuhnya kumis serta adanya jakun dileher.

Untuk mengetahui lebih jauh dapat kita lihat dari diri anak tersebut melalui prilaku yang Nampak dari karakteristik remaja tersebut, ada pun karakteristik remaja antara lain:

  1. Keadaan perasaan dan emosinya yang sangat peka sehingga tidak stabil.
  2. Keadaan mental khususnya pikiran yang mulai kritis dan melakukan abstraksi.
  3. Keadaan kemanusiaan dan keingintahuan tentang berbagai hal yang sangat besar sehingga selalu mencoba seperti apa yang dilakukan oleh orang lain atau orang dewasa.
  4. Keadaan moral yang berkaitan dengan dorongan seks cenderung mencari pemuasan sehingga mulai berani menunjukan sikap-sikap untuk menarik perhatian.

Sedangkan menurut para ahli yang lain, karakteristik remaja dapat dilihat dari sisi karakteristik yang lain seperti: Andi Mappiare (1982 : 32-36), tokoh ini menggolongkan karakteristik remaja menjadi dua kategori.

a. Karakteristik remaja awal (usia 13-17 tahun)

  1. Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi.
  2. Menonjolkan kegiatan-kegiatan yang berani menyerempet bahaya, seks appeal, perbuatan kurang sopan dan tidak senonoh.
  3. Kemampuan berpikir atau mental mulai sempurna.
  4. Status remaja sangat membingungkan, yakni suatu saat bisa dianggap sebagai orang dewasa, dan disaat lain diperlakukan sebagai anak-anak.
  5. Remaja awal banyak mengalami masalah, hal ini terutama karena pertentangan sosial yang terjadi antara remaja dan orang tua.
  6. Merupakan masa yang kritis.

Ada beberapa hal yang harus digaris bawahi dari karakteristik remaja yang diungkapkan oleh Andi Mappiare, keadaan emosi yang tidak stabil membuat remaja berani untuk melakukan hal-hal yang menyerempet bahaya, seks appeal dan melakukan perbuatan yang tidak senonoh. Status remaja yang merupakan masa taransisi dari anak-anak menuju dewasa membuat remaja melakukan pencarian jati diri, terkadang mereka dianggap sebagai manusia dewasa akan tetapi mereka juga masih diperlakukan sebagai anak-anak.

b.   Karakteristik remaja akhir (Usia 17-21 tahun)

Tidak jauh berbeda dengan remaja awal, pada masa ini remaja masih dalam taraf mencari jati diri, secara khusus pada masa ini remaja telah mengalami:

  1. Stabilitas mulai timbul dan meningkat.
  2. Citra diri, sikap dan pendapat lebih realistis.
  3. Dapat menghadapi masalahnya dengan matang dan dengan perasaan lebih tenang.

Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa masa remaja terbagi menjadi dua tahap, yaitu remaja awal dan remaja akhir. Ciri umum pada masa remaja adalah emosi yang labil, selalu ingin mencoba dan dalam hal dorongan seks cenderung mencari pemuasan, kemudian pada masa remaja masih dalam proses pencarian jati diri. Perkembangan remaja menuju remaja akhir ditandai dengan mulai meningkatnya stabilitas dan berfikir lebih realistis.

Sama seperti usia manusia yang berjenjang dan bertahap, dari anak-anak, remaja, dewasa, dan manula setiap tahapan dan jenjang usia tersebut memiliki tahapan perkembangannya masing-masing. Pada kesempatan kali ini akan juga dipaparkan sebagai pengetahuan tambahan mengenai tugas perkembangan remaja dari beberapa tokok, antara lain:

Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Robert Havighurst dalam (Sarlito Wirawan Sarwono,2005 : 40) adalah sebagai berikut:

  1. Menerima kondisi fisik dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif.
  2. Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang mana pun.
  3. Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki maupun perempuan).
  4. Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orangtua dan orang dewasa lainnya.
  5. Mempersiapkan karir ekonomi.
  6. Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
  7. Mempersiapkan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab.
  8. Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya.

Sedangkan menurut tokoh yang lain, Carballo dalam Sarlito Wirawan Sarwono (2005 : 15) adalah sebagai berikut:

a.   Menerima dan mengintegrasikan pertumbuhan badannya dalam kepribadiannya.

b.   Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekuat dalam kebudayaan tempatnya berada.

c.   Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk menghadapi kehidupan.

d.   Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat.

e.   Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan.

f.    Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dalam kaitannya dengan lingkungan.

Dari pendapat kedua tokoh di atas dapat kita simpulkan bahwa tugas-tugas perkembangan masa remaja adalah sebagai berikut :

  1. Menerima keadaan fisiknya dan peranannya sebagai pria atau wanita.
  2. Dapat menjalin hubungan yang baik dengan teman sebayanya baik itu dengan sesama jenis ataupun dengan lawan jenisnya.
  3. Dapat mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri dan kemampuan untuk menghadapi kehidupan.
  4. Mempersiapkan karir ekonomi.
  5. Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
  6. Mempersiapkan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab.
  7. Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah laku.
  8. Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dalam kaitannya dengan lingkungan.

Selanjutnya yang akan menjadi pembahasan pada tulisan ini adalah tentang kesehatan reproduksi. Sebelum membahas lebih jauh ada baiknya terlebih dahulu kita memahami apa itu kesehatan reproduksi, yaitu suatu keadaan sehat jasmani, psikologis dan sosial yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi (ICPD, 1994). Sehat jasmani disini digolongkan sebagai sehat secara fisik, dimana tidak tertularnya penyakit, tidak menyebabkan kehamilan sebelum menikah, dan tidak menyakiti dan merusak kesehatan orang lain. Seangkan sehat secara psikologis artinya, mempunyai integrasi yang kuat (kesesuaian antara nilai, sikap dan perilaku), percaya diri, menguasai informasi tentang kesehatan reproduksi, mampu berkomunikasi, mampu mengambil keputusan dengan mempertimbangkan segala resiko dari keputusan yang diambilnya. Selanjutnya sehat secara sosial artinya mampu mempertimbangkan nilai-nilai sosial yang ada di sekitarnya, dalam menampilkan perilaku terentu (agama, budaya dan sosial), mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan nilai dan norma yang diyakini.

Pada dasarnya kesehatan reproduksi ini merupakan kesehatan umum yang cukup penting bagi diri manusia karena ketika terganggunya kesehatan reproduksi seseorang maka akan berdampak cukup penting bagi tatanan kehidupan aspek yang lain. Tidak sehatnya jasmani, tidak sehatnya psikologi dan tidak sehatnya secara sosial baik itu bagi remaja laki-laki maupun remaja perempuan akan dapat menghambat tumbuh kembangannya diri remaja tersebut.

Dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Cairo tahun 1994, isu kesehatan reproduksi ini dibahas dengan cukup khusus karena menjadi permasalahan yang cukup mengkhawatirkan bagi generasi penerus penerus. Pada konferensi tersebut dihasilkan kesepakatan adanya 12 hak individu dalam kesehatan reproduksi, antara lain:

  1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
  2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.
  3. Hak untuk kebebasan berpikir dan membuat keputusan tentang kesehatan reproduksinya.
  4. Hak untuk memutuskan jumlah dan jarak kelahiran anak.
  5. Hak untuk hidup dan terbebas dari risiko kematian karena kehamilan, kelahiran atau masalah jender.
  6. Hak atas kebebasan dan keamanan dalam pelayanan kesehatan reproduksi.
  7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk yang menyangkut kesehatan reproduksi.
  8. Hak mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan reproduksi.
  9. Hak atas kerahasiaan pribadi dalam menjalankan kehidupan reproduksinya.
  10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
  11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang bernuansa kesehatan reproduksi.
  12. Hak atas kebebasan dari segala bentuk diskriminasi dalam kesehatan reproduksi.

Hak remaja  dalam hal kesehatan reproduksi di atas adalah semua hal yang patut diterima remaja sebagai individu. Salah satu hak remaja adalah untuk mendapat informasi dan pendidikan mengenai kesehatan reproduksi yang dapat diperoleh dari berbagai sumber yang bisa diakses dengan mudah dan dipahami dengan mudah. Dari ke 12 hak kesehatan reproduksi tersebut ada beberapa hak yang harus benar-benar dipahami oleh remaja dan orang tua, yaitu:

  1. Akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, mengingat di banyak negara kesehatan reproduksi diprioritaskan bagi pasangan suami-istri, sedangkan remaja kurang mendapatkan perhatian. Oleh karena itu, remaja mempunyai hak atas pelayanan kesehatan reproduksi yang tidak menghakimi, rahasia, menyeluruh serta mudah diakses bagi seluruh remaja dari semua golongan.
  2. Hak untuk mendapatkan pendidikan tanpa ada diskriminasi jender. Selain itu yang perlu mendapat perhatian adalah hak remaja untuk memperolah informasi atas kesehatan reproduksinya, baik dari pendidikan formal maupun non-formal.
  3. Instrumen hak asasi internasional menyatakan bahwa perkawinan hanya dapat dilakukan oleh dua orang yang secara sadar memang menginginkannya, dan bebas dari paksaan pihak lain. Oleh karena itu, pernikahan dini yang berdampak buruk bagi perkembangan remaja terutama remaja perempuan, dalam hal pendidikan, kemandirian ekonomi, serta kesehatan fisik maupun psikis, harus dihapuskan.
  4. Kelahiran dan kontrasepsi. Mengingat secara fisik maupun psikologis remaja belum cukup matang untuk melahirkan, kelahiran di kalangan remaja mengakibatkan tingginya angka kematian ibu melahirkan. Oleh karena itu, remaja mempunyai hak untuk mendapatkan akses informasi dan pelayanan kontrasepsi dan pelayanan pra dan pasca melahirkan bagi remaja tanpa memandang status perkawinan.
  5. Sehubungan adanya tingkat kematian yang tinggi karena aborsi yang tidak aman, dalam hal KTD yang membahayakan kehidupan remaja, kita berhak untuk terhindar dari risiko ini dan mendapatkan akses terhadap pelayanan yang aman.
  6. Infeksi Menular Seksual. Remaja putri lebih rentan terhadap infeksi menular seksual, sehubungan dengan adanya faktor-faktor yang berada di luar kendali mereka, seperti adanya kekerasan dan eksploitasi seksual, kurangnya pendidikan termasuk pendidikan seksual dan kurangnya akses terhadap kontrasepsi dan layanan kesehatan reproduksi.
  7. Kekerasan seksual. Remaja berhak untuk mendapatkan rasa aman dan bebas dari ketakutan akan ancaman kekerasan seksual yang dilakukan baik oleh sesama remaja sendiri maupun oleh orang dewasa.

Hal tersebut di atas merupakan unsur-unsur yang  paling penting dalam  pemenuhan hak remaja dalam hal kesehatan reproduksi, meliputi akses untuk mendapat pelayanan kesehatan, hak untuk mendapat pendidikan kesehatan reproduksi, hak untuk menentukan pernikahan, dan terhindar dari berbagai kekerasan seksual.

Ketika kita berbicara tentang seksualitas maka kita juga akan berbica tentang pengetahuan tentang organ reproduksi pada remaja, agar pemahaman tentang kesehatan reproduksi dapat dipahami secara komprehensif dan lebih lengkap. Ketika berbicara tentang organ reproduksi maka sebagain orang akan menganggapnya tabu dan kurang pantas untuk dibicarakan, padahal pehaman tentang organ reproduksi merupakan bagian dari materi yang terkandung pada kesehatan reproduksi. Untuk itu akan kita paparkan juga agar dapat dipahami sebagai pengetahuan yang komprehensif tentang kesehatan reproduksi.

Organ reproduksi adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi dalam proses melanjutkan keturunan. Berikut adalah penjelasan mengenai organ reproduksi dari beberapa tokoh. Menurut R. Wahyudi (2002: 13-17):

1)   Organ reproduksi pada perempuan, terdiri dari:

  1. Tuba Fallopii (saluran telur), yaitu saluran yang terdapat di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk dilalui oleh ovum dari indung telur menuju rahim.
  2. Ovarium (indung telur), yaitu organ di kiri dan kanan rahim yang berfungsi memproduksi sel telur (ovum). Setiap satu bulan sekali indung telur kiri dan kanan secara bergiliran akan mengeluarkan sel telur. Apabila tidak terjadi pembuahan, maka sel telur akan ikut keluar pada saat menstruasi. Ovarium mengandung 400.000 sel telur, namun hanya akan mengeluarkan 400 sel telur sepanjang kehidupannya.
  3. Uterus (rahim), yaitu tempat janin dibesarkan, bentuknya seperti buah alpukat gepeng dan berat normalnya 30-50 gram. Pada saat dalam keadaan tidak hamil, besar rahim hanya sebesar telur ayam kampung.
  4. Cervix (leher rahim), yaitu bagian bawah rahim. Pada saat persalinan tiba, maka leher rahim membuka sehingga bayi dapat keluar.
  5. Vagina (lubang senggama), yaitu saluran berbentuk silinder yang sangat elastis dan berlipat-lipat. Fungsinya adalah sebagai tempat penis pada saat bersenggama, tempat keluarnya bayi dan menstruasi.
  6. Mulut vagina, yaitu awal dari vagina, merupakan rongga penghubung rahim dengan bagian luar tubuh.
  7. Klitoris (klentit), yaitu sebuah benjolan daging kecil yang paling peka dari seluruh alat kelamin perempuan. Klitoris banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf.
  8. Bibir vagina, terdiri dari labia mayora dan labia minora. Labia mayora adalah bagian yang terluar dari mulut vagina yang ditumbuhi oleh bulu, labia minora terletak dibelakang labia mayora yang banyak menganding pembuluh darah dan syaraf.
  9. Vulva, adalah organ seksual perempuan yang paling luar atau sering juga disebut sebagai bukit kemaluan (mons veneris), tempat tumbuhnya rambut kemaluan.
  10. Tulang kemaluan, adalah tulang yang terletak didepan kantung kencing.
  11. Rambut kemaluan, terletak pada daerah bukit kemaluan dan labia mayora. Rambut kemaluan ini berfungsi untuk menyering kotoran agar tidak langsung masuk ke dalam vagina.
  12. Kandung kencing, adalah tempat penampungan sementara air yang berasal dari ginjal (air seni)
  13. Uretra (saluran kencing), adalah saluran untuk mengeluarkan air seni.
  14. Mulut uretra, adalah akhir dari uretra.
  15. Selaput dara (hymen), adalah selaput  tipis yang terletak pada 1/3 luar vagina. Selaput dara tidak mengandung pembuluh darah. Robeknya selaput dara biasanya karena hubungan seks (masuknya alat kelamin laki-laki ke dalam vagina), tetapi selaput dara juga bisa robek akibat dari olah raga berat misal berkuda atau bersepeda.

2)   Organ reproduksi pada laki-laki terdiri dari:

  1. Penis, berfungsi sebagai alat senggama dan sebagai saluran untuk menyalurkan sperma dan air seni.
  2. Glans, adalah bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf.
  3. Foreskin (preputium), adalah kulit yang  menutupi bagian glans. Sunat adalah suatu kebiasaan di beberapa negara. Sunat dianjurkan karena memudahkan membersihan penis sehingga mengurangi kemungkinan terkena infeksi.
  4. Kandung Kencing, adalah tempat penampungan sementara air yang berasal dari ginjal (air seni).
  5. Uretra (saluran kencing), yaitu saluran untuk mengeluarkan air seni dan air mani.
  6. Kelenjar Prostat, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan yang berisi zat makanan untuk menghidupi sperma.
  7. Vesikula Seminalis, fungsinya adalah menampung sperma yang telah matang.
  8. Vas Deferens (saluran sperma), yaitu saluran yang menyalurkan sperma dari testis menuju vesicle seminalis. Panjang Vas deferens sekitar 45 cm dengan diameter sekitar 2,5 mm.
  9. Epidydimis, yaitu saluran-saluran yang lebih besar dan berkelok-kelok yang membentuk bangunan seperti topi. Sperma yang dihasilkan oleh oleh saluran-saluran testis yang kecil akan berkumpul di Epidydimis.
  10. Testis (pelir), berjumlah dua buah untuk mereproduksi sperma setiap hari dengan bantuan testosteron. Testis berada di luar tubuh karena pertumbuhan sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah daripada suhu tubuh.
  11. Scrotum, adalah kantung kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat-lipat. Scrotum adalah tempat bergantungnya testis. Scrotum mengandung otot-otot polos yang mengatur jarak jauh testis ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap.
  12. Tulang kemaluan, terletak di depan kandung kencing.
  13. Rambut kemaluan, berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak langsung menempel pada kulit kemaluan.

Organ-organ reproduksi di atas merupakan organ yang berpengaruh dalam proses  melanjutkan keturunan. Pemahaman mengenai organ reproduksi ini dapat membantu kita untuk dapat memelihara organ reproduksi dengan baik. Oleh karena itu sangat penting bagi remaja untuk mengetahui dan memahami mengenai organ reproduksi.

Keluarga, sekolah, serta diri remaja itu sendiri hendaknya dapat memahami tentang kesehatan remaja dengan baik, ketidak pahaman serta control diri akan berdampak buruk terhadap remaja itu sendiri. Pergaulan bebas, kesehatan fisik yang tidak baik, berhenti sekolah hingga terjadinya kriminalitas merupakan dampak terburuk dari kurangnya pemahaman akan kesehatan produksi. Dengan tulisan ini diharapkan siapun yang membaca mendapatkan pemahaman yang bisa menjadi pegangan dalam proses kehidupan agak dapat mencapai kesuksesan tanpa harus terganjal dengan masalah-masalah yang diakibatkan oleh pemahaman yang buruk.

Penulis: 
Syanti Gultom, A.Md - Dinas Koperasi, UKM
Sumber: 
BKPSDMD

Artikel

18/07/2017 | Abdul Sani, S.Pd.I - Widyaiswara Muda pada BKPSDMD Babel
424,763 kali dilihat
20/11/2017 | Syanti Gultom, A.Md - Dinas Koperasi, UKM
364,652 kali dilihat
07/11/2018 | Jimmy Arief Saud Parsaoran, S.T. - Prakom Pertama BKPSDMD
226,412 kali dilihat
31/08/2018 | Jimmy Arief Saud Parsaoran, S.T. - Prakom Pertama BKPSDMD
198,374 kali dilihat
07/12/2017 | Herru Hardiyansah, S.Kom. - Prakom Muda BKPSDMD
135,086 kali dilihat